Garuda Maintenance Optimis Raup Pendapatan US$ 450 Juta

Reporter

Kamis, 27 Oktober 2016 04:00 WIB

Garuda Maintenance Facility (GMF). TEMPO/Zulkarnain

TEMPO.CO, Jakarta - PT Garuda Maintenance Facilities AeroAsia (GMF) menargetkan pendapatan pada 2017 sebesar 450 juta dolar AS atau meningkat dari rencana 2016 sebesar 400 juta dolar AS.

"Penjualan kami (2016) di angka 360-400 juta dolar AS dan kami punya kapasitas harus bisa menghasilkan sekian, tahun depan kami naikkan 400-450 juta dolas AS," kata Direktur Utama GMF Juliandra Nurtjahjo saat ditemui di Jakarta, Rabu (26 Oktober 2016).

Ia mengaku optimistis dapat mencapai target tersebut karena pada 2016, GMF resmi menjadi pusat logistik berikat (PLB) dari pemerintah yang diyakini bisa menggenjot pendapatan secara signifikan.

Dia menuturkan dengan adanya PLB, maka jangka waktu perawatan pesawat bisa disingkat yang awalnya tujuh menjadi dua hari.

"Buat kami sebagai pelaku bisnis ada tambahan kapasitas karena percepatan, kalau dihitung dalam setahun dari tujuh menjadi dua hari akan sangat menghemat," katanya.

Dengan demikian, menurut dia, percepatan tersebut juga akan berdampak kepada maskapai, yaitu perputaran operasional pesawat menjadi semakin cepat.

"Akan lebih efisien, karena akan lebih cepat untuk berjualan lagi, maka akan berkontribusi juga ke penurunan harga tiket karena akan lebih sering terbang, sehingga maskapai bisa memberikan harga yang lebih baik lagi," katanya.

Juliandra menyebutkan dengan adanya percepatan tersebut bisa menghemat biaya logistik GMF sekitar 10-15 persen, yang saat ini masih 20-30 persen.

Selain itu, dia menjelaskan dengan adanya PLB, pihaknya bisa menawarkan kerja sama maupun usaha patungan (joint venture) dengan sejumlah perusahaan terkait perawatan pesawat, penyimpanan atau penyewaan gudang logistik di kawasan berikat.

"Dengan mereka melakukan aktivitas di area logistik kami, maka pertama mendatangkan devisa, kedua pajak kami bertambah dan ketiga mendatangkan tenaga kerja baru yang pasti akan menggunakan sumber daya lokal," katanya.

Juliandra menyebutkan salah satu kerja sama yang telah diprakarsai dengan pemanfaatan PLB tersebut, yaitu dengan perusahaan manufaktur pesawat Airbus dan Rolls-Royce.

"Dengan Rolls Royce, mereka sudah melihat area di Cengkareng, tapi kami pilihkan opsi selain di Cengkareng, yang jelas kerja sama dengan kami, mesin pesawat Garuda akan dikerjakan oleh mereka," katanya.

Dia berharap tahun bisa dilakukan penandatangan kerja sama, termasuk dengan Airbus dalam hal pemanfaatan logistik serta SDM.

"Nilai investasi sedang dihitung, baik dari tim GMF maupun Rools-Royce, dari sisi investasinya yang jelas mereka sangat tertarik," katanya.



BISNIS.COM

Berita terkait

Terobosan Pertamina Gunakan Green Energy di Industri Penerbangan

33 hari lalu

Terobosan Pertamina Gunakan Green Energy di Industri Penerbangan

Kewajiban pencampuran bahan bakar nabati dalam bahan bakar jenis avtur telah diatur pemerintah dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 tahun 2015

Baca Selengkapnya

Insiden Pilot Batik Air Tertidur: Keunggulan FBW dalam Industri Penerbangan Modern

48 hari lalu

Insiden Pilot Batik Air Tertidur: Keunggulan FBW dalam Industri Penerbangan Modern

Teknologi di industri penerbangan ini telah melengkapi semua pesawat Airbus termasuk A220 sejak A320 pertama, pada 1988

Baca Selengkapnya

Kronologi Pilot dan Kopilot Batik Air ID-6723 Ketiduran, Sempat Sarapan Mie Instan Sebelum Terbang

50 hari lalu

Kronologi Pilot dan Kopilot Batik Air ID-6723 Ketiduran, Sempat Sarapan Mie Instan Sebelum Terbang

KNKT menjelaskan kronologi pilot-kopilot Maskapai Batik Air tertidur saat terbangkan pesawat dari Kendari ke Jakarta. Ada 153 penumpang dalam pesawat.

Baca Selengkapnya

Garuda Indonesia Benarkan Proses Merger dengan InJourney, Inisiatif Pemegang Saham

50 hari lalu

Garuda Indonesia Benarkan Proses Merger dengan InJourney, Inisiatif Pemegang Saham

Direktur Utama PT Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menebut rencana merger dengan PT Aviasi Indonesia merupakan inisiatif Kementerian BUMN.

Baca Selengkapnya

Garuda Indonesia Diskon 75 Persen Tiket ke Jakarta Setelah Lebaran, Siapkan Frekuensi Tambahan

51 hari lalu

Garuda Indonesia Diskon 75 Persen Tiket ke Jakarta Setelah Lebaran, Siapkan Frekuensi Tambahan

Garuda Indonesia menyiapkan promo tiket setelah Lebaran ke Jakarta berupa diskon hingga 75 persen. Ada penambahan frekuensi untuk sejumlah rute.

Baca Selengkapnya

Asosiasi Ungkap Sederet Tantangan di Industri Penerbangan, dari Jumlah Pesawat Susut hingga...

28 Oktober 2023

Asosiasi Ungkap Sederet Tantangan di Industri Penerbangan, dari Jumlah Pesawat Susut hingga...

Ada 584 unit pesawat di Indonesia yang digunakan untuk kegiatan penerbangan niaga.

Baca Selengkapnya

Surya Airways Pemain Baru di Industri Penerbangan, Berikut Peluang dan Tantangannya

23 Oktober 2023

Surya Airways Pemain Baru di Industri Penerbangan, Berikut Peluang dan Tantangannya

Surya Airways, maskapai baru di Indonesia, berusaha memasuki industri penerbangan pasca pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Australia Menolak Penambahan Penerbangan Qatar Airways

7 September 2023

Australia Menolak Penambahan Penerbangan Qatar Airways

Australia menyangkal alasan penolakan jadwal penerbangan tambahan Qatar Airways karena persaingan bisnis dengan Qantas.

Baca Selengkapnya

Kinerja Industri Penerbangan Pulih, Kunjungan Wisata Jawa Barat Anjlok

31 Agustus 2023

Kinerja Industri Penerbangan Pulih, Kunjungan Wisata Jawa Barat Anjlok

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat Benny Bachtiar mengatakan, angka kunjungan wisatawan ke Jawa Barat pada semester pertama tahun ini anjlok

Baca Selengkapnya

Kerja Sama Airnav dan Boeing, Menhub: Kompetensi Layanan Harus Ditingkatkan

12 Juni 2023

Kerja Sama Airnav dan Boeing, Menhub: Kompetensi Layanan Harus Ditingkatkan

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menghadiri acara penandatangan nota kesepakatan (Mou) antara AirNav Indonesia dengan Boeing Company di Menara Astra, Jakarta, pada Senin, 12 Juni 2023.

Baca Selengkapnya