Merger Bank HSBC dan Bank Ekonomi, Pengamat: Momentum Baik
Editor
Kukuh S Wibowo Surabaya
Selasa, 18 Oktober 2016 20:39 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Analis Danareksa Sekuritas Lucky Bayu Purnomo mengatakan rencana merger The Hong Kong and Shanghai Banking (HSBC) dengan PT Bank Ekonomi Raharja Tbk menjadi momentum yang baik bagi keduanya. Lucky memprediksi pertumbuhan bank ini dalam lima tahun ke depan berada di atas 21 persen secara perolehan laba.
Meski aksi ini membutuhkan dana yang besar, akuisisi di industri perbankan di Indonesia saat ini masih menarik dan agresif. “Sudah banyak potret, misal Bank Permata dengan Standard Chartered, Bank OCBC dengan Bank NISP, dan lain-lain,” ucapnya saat dihubungi Tempo, Selasa, 18 Oktober 2016.
Menurut Lucky, nilai buku dan aset Bank HSBC akan bertambah karena melakukan aksi korporasi ini. Adapun dari sisi Bank Ekonomi, mereka akan mengalami pertumbuhan. “Ini yang jadi intisari penggabungan. Ke depan, meski terjadi koreksi, saya rasa itu sulit,” ujarnya.
Gabungan dua bank ini akan membentuk bank baru bernama Bank HSBC Indonesia. Rencananya, proses integrasi ini akan selesai pada triwulan kedua 2017.
Lucky menuturkan, bila ke depan bank ini ingin fokus pada usaha mikro, kecil, dan menengah, mereka haru menyiapkan segmentasi usaha yang jelas serta spesifik. Sebab, di pasar UMKM, sudah ada Bank Rakyat Indonesia yang memiliki marketshare lebih besar. “Bicara segmentasi, belum tentu keberhasilan BRI sesuai dengan segmen,” ucapnya.
Menurut dia, BRI bisa saja meminjamkan uang untuk mendukung UMKM. Tapi, bila HSBC masuk, akan ada perbedaan pangsa pasar. “Mungkin saja kualitas bunga akan lebih bersaing. Ini bukan masalah dan jadi tantangan pasar,” ujar Lucky.
Selain itu, Lucky memprediksi sektor UMKM ke depan akan menawarkan kinerja yang baik. Sebabnya, bila ingin masuk sektor itu, harus pandai-pandai menyiasati non-performing loan (NPL) agar tidak semakin tinggi. “Kelalaian bank tidak menjaga NPL-nya. Kalau dilihat tidak prospektif, ya harus dihindari,” tuturnya.
AHMAD FAIZ