Jam Tangan Limbah Kayu Menembus Pasar Amerika

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Sabtu, 15 Oktober 2016 08:00 WIB

Jam tangan kayu di pameran Pekan Kerajinan Jawa Barat di Graha Manggala Siliwangi, Bandung, 23-27 Desember 2015. (TEMPO/ANWAR SISWADI)

TEMPO.CO, Klaten - Di tangan orang kreatif, limbah bisa diolah menjadi produk bernilai ekonomi tinggi. Suwanto adalah salah satu dari sedikit orang kreatif itu. Di tangah lelaki 43 tahun asal Dukuh Gilangsari, Desa Pereng, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, itu limbah kayu disulap menjadi jam tangan yang menembus pasar Amerika Serikat.

Rumah sekaligus bengkel produksi Suwanto berada di pucuk bukit kecil berketinggian sekitar 50 meter. Untuk menuju rumah nan asri yang menyembul di balik rimbun pepohonan itu, orang mesti bernjalan menanjak lewat jalan sempit dan terjal.

Di rumah itulah potongan kayu sonokeling, mahoni, dan jati limbah produsen mebel dari berbagai daerah diolah menjadi jam tangan dan krepyak (mata rantai) memakai mesin pemotong, bor, mesin bubut, hingga alat oven. Dirangkai secara presisi, krepyak mungil bermerek Wewood itu tak kalah luwes dengan rantai jam dari besi. “Selama tiga tahun, sejak 2011, kami memproduksi jam kayu untuk satu pembeli dari Amerika,” kata Suwanto Jumat 14 Oktober 2016.

Pada masa itu Suwanto, dibantu 45 karyawan untuk memproduksi 1.000 jam kayu per bulan. Omzet kotornya mencapai Rp 80 juta per bulan. Tapi, dua tahun lalu, Suwanto memutuskan kontrak karena aturan yang dibuat sepihak oleh rekanan terlalu mengekang. Dia dilarang memproduksi untuk pembeli lain agar desain tak dijiplak. Suwanto juga wajib melapor jika ada perajin lain yang memproduksi jam kayu.

Dia pun sering diminta mengubah desain atau warna sesuai permintaan pasar. Akibatnya dia rugi karena terlanjur membuat jam dengan desain lama yang tak boleh dijual meski di pasar lokal. “Ibarat burung, lebih baik terbang bebas daripada makan enak namun badan terkurung,” kata Suwanto.

Apalagi, dia punya mimpi agar karyawannya yang telah mahir membuat jam kayu kelak bisa membuka usaha mandiri. “Kalau dikekang, anak-anak (karyawan) yang sudah mahir tak bisa berproduksi dan membuka pasar sendiri. Lantas di mana letak pemberdayaannya,” kata Suwanto.

Sejak putus kontrak dengan rekanan itu karyawanya tinggal enam orang. Dia memberi bantuan alat produksi untuk karyawan yang sudah tak bekerja, agar menjadi perajin jam kayu mandiri.

Jumlah produksi anjlog, hanya 100 unit per bulan untuk pemesan dari Bandung, dengan sisa omzet Rp 20 juta per bulan. Dengan mereka baru Kowal, jam tangan itu kini dijual dengan harga Rp 400 ribu – Rp 900 ribu perunit. “Dua tahun lalu saya beli Rp 3 juta karena masih pakai merek Wewood dari Amerika,” kata Kepala Desa Pereng, Handaka Respati.

DINDA LEO LISTY

Berita terkait

Mengenal Kain Tenun Bima, Ada Tembe Mee yang Dipercaya Bisa untuk Pengobatan Penyakit Kulit

1 hari lalu

Mengenal Kain Tenun Bima, Ada Tembe Mee yang Dipercaya Bisa untuk Pengobatan Penyakit Kulit

Kain tenun Bima yang sudah ada sejak sebelum Islam masuk ke Bima ini memiliki ciri khas, misalnya warna hitam pada tenun Donggo.

Baca Selengkapnya

PNM Sukses Berdayakan Nasabah Hingga Mengekspor Produknya

10 hari lalu

PNM Sukses Berdayakan Nasabah Hingga Mengekspor Produknya

Nasabah PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Unit Cempaka Banjarmasin, Salasiah, berhasil mengolah rumput purun menjadi berbagai produk yang fungsional seperti tikar, topi, dompet dan tas sebagai produk andalan.

Baca Selengkapnya

Beijing Sepakati Anggaran Pemerintah Pusat dan Daerah Periode 2024

47 hari lalu

Beijing Sepakati Anggaran Pemerintah Pusat dan Daerah Periode 2024

Sidang parlemen "Dua Sesi" Cina resmi ditutup dengan hasil akhir menyepakati anggaran pemerintah pusat dan daerah periode 2024, menerima laporan kerja

Baca Selengkapnya

Berawal Iseng jadi Rezeki, Desainer Kerajinan Perhiasan Bunga Kering Ini Raup Omzet Rp 800 Juta

55 hari lalu

Berawal Iseng jadi Rezeki, Desainer Kerajinan Perhiasan Bunga Kering Ini Raup Omzet Rp 800 Juta

Berawal dari kecintaannya dengan bunga, desainer kerajinan ini membuat perhiasan dari bunga kering dan akhirnya bisa meraup omzet hingga ratusan juta.

Baca Selengkapnya

Pameran Kerajinan Jiffina 2024 di Yogyakarta Digelar Empat Hari, Tebar Hadiah Voucher Hotel

56 hari lalu

Pameran Kerajinan Jiffina 2024 di Yogyakarta Digelar Empat Hari, Tebar Hadiah Voucher Hotel

Event pameran kerajinan dan furniture internasional atau Jogja International Furniture & Craft Fair atau Jiffina kembali digelar di Jogja Expo Center (JEC) Yogyakarta 2-5 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Buka Inacraft 2024, Teten Sebut RI Punya Pangsa Pasar 1,25 Persen dalam Industri Kerajinan di Dunia

28 Februari 2024

Buka Inacraft 2024, Teten Sebut RI Punya Pangsa Pasar 1,25 Persen dalam Industri Kerajinan di Dunia

Menkop UKM, Teten Masduki, memproyeksikan pangsa pasar RI dalam industri kerajinan dapat terus meningkat.

Baca Selengkapnya

Pemda Diminta Koordinasi dengan Bulog Bantu Salurkan Beras SPHP

26 Februari 2024

Pemda Diminta Koordinasi dengan Bulog Bantu Salurkan Beras SPHP

Penyaluran beras SPHP dimaksimalkan sebanyak 200 ribu ton per bulan untuk periode Januari-Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Pemerataan Dokter Spesialis Bisa Dimulai dari Dukungan Pemerintah Daerah

23 Februari 2024

Pemerataan Dokter Spesialis Bisa Dimulai dari Dukungan Pemerintah Daerah

Ketua IDI Mohammad Adib Khumaidi mengatakan, pemerintah daerah berperan untuk pemerataan dokter spesialis

Baca Selengkapnya

Pajak Hiburan 75 Persen Diatur dalam UU HKPD, Kemenkeu: untuk Kemandirian Daerah

17 Januari 2024

Pajak Hiburan 75 Persen Diatur dalam UU HKPD, Kemenkeu: untuk Kemandirian Daerah

Pajak hiburan termaktub dalam UU HKPD untuk penguatan pajak daerah, dan mendukung agar daerah bisa lebih mandiri.

Baca Selengkapnya

Warga 1 Desa Dekat Gunung Lewotobi Diminta Mengungsi, Ada Sinar Api

10 Januari 2024

Warga 1 Desa Dekat Gunung Lewotobi Diminta Mengungsi, Ada Sinar Api

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menaikkan status Gunung Lewotobi Laki-laki di NTT dari Level III atau Siaga jadi Level IV.

Baca Selengkapnya