Plt Menteri ESDM Luhut Binsar Panjaitan saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI di Gedung Nusantara I, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, 1 September 2016. Rapat ini membahas asumsi makro terkait sektor energi untuk acuan dalam RAPBN 2017 serta laporan kebijakan Menteri ESDM pasca reshuffle. TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana Tugas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Luhut Binsar Pandjaitan, mengklaim potensi cadangan minyak di Indonesia sebesar 100 miliar barel. Namun jika tak dilakukan upaya eksplorasi baru, produksi minyak di Indonesia berpotensi mengalami penurunan.
"Cadangan minyak kita tinggal 3,5 miliar barel, berapa tahun lagi habis," kata Luhut saat ditemui di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Jumat, 23 September 2016.
Demi mengatasi hal itu, Luhut menyebut studi seismik menjadi penting. Dia berharap pada tahun depan studi seismik bisa dijalankan sehingga pemerintah dapat melihat potensi migas yang belum tergarap.
Selain itu, studi ini juga berguna agar pemerintah mendapatkan data yang lebih bagus mengenai potensi cadangan minyak, sehingga bisa dengan mudah menawarkan ke investor. "Ada data, sehingga yang kami tawarkan (ke investor) lebih jelas," ujar Luhut.
Luhut menuturkan dia berharap pada tahun depan ada mobilisasi 17 kapal milik Elnusa, Kementerian ESDM, BPPT, dan TNI, untuk melakukan studi seismik ini. Target studi ini utamanya berada di wilayah Indonesia bagian timur. "Kalau potensialnya sangat segera, kami lakukan 3-D seismik."
Kondisi industri hulu migas Indonesia memang semakin mengkhawatirkan. Misalnya dalam kurun 2011-2014, terjadi tren penurunan jumlah wilayah kerja yang diminati investor, artinya tren ini sudah terjadi sebelum harga minyak dunia mengalami penurunan.