Kredit Diprediksi Naik 11 Persen pada 2017, Ini Penopangnya  

Reporter

Senin, 12 September 2016 14:49 WIB

Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan kredit tahun depan bisa mencapai 11 persen. Melihat kondisi perekonomian Indonesia saat ini, ada tiga sektor utama yang akan menjadi penopang dan penyumbang penyaluran kredit terbesar.

"Kalau dilihat per sektor, yang besar itu ada tiga: manufaktur, pertanian, dan perdagangan," ujar Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara di kompleks Bank Indonesia, Thamrin, Jakarta, Senin, 12 September 2016.

Mirza mengatakan kontribusi tiga sektor tersebut ke perekonomian nasional, produk domestik bruto (PDB), terhitung cukup besar. Jika diakumulasi, mencapai 65-70 persen. Jika dirinci, sektor manufaktur menyumbang sekitar 22-24 persen, pertanian 20 persen, dan perdagangan sekitar 22 persen.

Baca Juga: OJK Akan Revisi Target Pertumbuhan Kredit

Mirza menambahkan, yang pertama, sektor pertanian akan sangat bergantung juga pada perbaikan harga komoditas pertanian dan perkebunan. "Di situ ada harga kelapa sawit, karet, dan lainnya. Nah, sekarang harga komoditas perkebunan tersebut sudah mulai naik harganya," katanya.

Meskipun demikian, menurut Mirza, kenaikan harga sejumlah komoditas itu belum cukup signifikan. Dia mencontohkan, harga kelapa sawit sejak Januari hingga saat ini sudah naik sekitar 20 persen. Sedangkan harga karet naik 15-20 persen.

Menurut Mirza, panen padi pada kuartal II yang cukup baik juga turut mendorong perkembangan sektor pertanian. "Jadi, pada 2017, kita perkirakan harga komoditas perkebunan akan stabil atau sedikit lebih baik daripada 2016."

Simak: Kredit Perbankan Diproyeksikan Tumbuh Pada Kisaran 10%

Kemudian perkembangan sektor manufaktur, kata Mirza, akan banyak bergantung pada stabilitas kurs rupiah. Sebab, sektor ini utamanya masih banyak bergantung pada impor. "Jadi mereka ekspor tapi juga mereka impor, atau mereka impor kemudian diproduksi untuk konsumsi dalam negeri," tuturnya.

Pada 2013, sektor manufaktur sempat mengalami penurunan. Pertumbuhannya di bawah 3 persen dari PDB. Namun, pada kuartal I dan II tahun ini, sektor manufaktur sudah kembali tumbuh di atas 4 persen dari PDB. "Itu memang banyak dibantu kurs yang sudah lebih stabil," ucap Reza.

Mirza berharap stabilitas kurs rupiah dapat terus terjaga pada semester II tahun ini dan keseluruhan tahun depan sehingga dapat membantu pertumbuhan sektor manufaktur. Untuk sektor perdagangan juga tak jauh berbeda dengan sektor manufaktur, yang bergantung pada stabilitas kurs rupiah. "Sebab, mereka ada komponen impornya, lalu perdagangan kan jual sesuatu yang dibeli oleh masyarakat umum, misal petani yang kemudian bergantung pada harga komoditas lagi."

Baca: Blue Bird Luncurkan Sistem Pembayaran Non-Tunai

Mirza mengungkapkan, BI berharap tahun depan sektor perdagangan Indonesia akan kembali pulih, meneruskan tren perbaikan pada 2016. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi pada 2017 diyakini bisa menembus 5 persen. "Rasanya sih cukup reasonable ya kita membuat estimasi seperti itu."

GHOIDA RAHMAH

Berita terkait

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

9 jam lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

1 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

2 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

2 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

2 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

2 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

2 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

2 hari lalu

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

2 hari lalu

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

Rupiah bergerak stabil seiring pasar respons positif kenaikan BI Rate.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

3 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya