Konsumsi Domestik Jadi Andalan

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Selasa, 2 Agustus 2016 23:00 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Kinerja emiten makanan dan minuman mulai menunjukkan tren yang positif. Peningkatan konsumsi domestik pada paruh pertama tahun ini menjadi pemicu peningkatan emiten sektor consumer goods.


Berdasarkan rekapitulasi laporan keuangan Juni 2016 tujuh emiten sektor makanan dan minuman (mamin) mencatatkan pertumbuhan laba bersih mencapai hingga melonjak hingga 43,25% dengan laju pertumbuhan penjualan mencapai 10%.


Peningkatan penjualan sektor mamin menjadi indikator peningkatan produk domestik bruto. Di sisi lain, berkah bulan Ramadan yang dimulai pada Juni telah menggenjot penjualan makanan dan minuman.


Dari tujuh emiten di industri mamin itu, penjualan paling tinggi dicatat oleh PT Aksha Wira International Tbk (ADES) mencapai 39,45% secara year on year dari posisi Rp323 miliar menjadi Rp450,23 miliar.


Dampaknya, raihan laba yang di bukukan emiten bersandi saham ADES senilai Rp22,35 miliar pada Juni 2016, tumbuh 20,55% dari posisi Rp18,54 miliar. Sebaliknya, PT Prasidha Aneka Niaga Tbk masih membukukan kerugian sedangkan PT Sekar Laut Tbk mencatatkan laba yang terkontraksi.


Advertising
Advertising

Head of Research PT Koneksi Kapital, Alfred Nainggolan menga takan pada 2015 industri mamin sempat menurunkan kapasitas produksi, sehingga penjualan pada tahun ini masih tersendat dan 2017 emiten sektor itu akan meningkatkan kapasitas produksi.


“Dampak Lebaran akan terlihat pada dua pembukuan yakni di kuartal II dan II, sehingga masih ada katalis pada Q3/2016,” ungkapnya, Minggu (31 Juli 2016).


Saat ini, industri consumer goods tersebut diuntungkan oleh penurunan harga minyak sehingga biaya produksi lebih rendah di bandingkan dengan tahun sebelumnya, serta dukungan dari paket-paket kebijakan pemerintah.


Dia optimistis belanja peme rintah pada paruh kedua tahun ini bakal menjadi pemicu peningkatan kinerja perusahaan swasta. Sementara itu, survei konsumen yang dirilis Bank Indonesia (BI) yang memproyeksikan kondisi pada tiga bulan mendatang, menyebutkan tekanan kenaikan harga pada September 2016 diperkirakan melambat.


Melambatnya tekanan kenaikan harga diperkirakan hampir pada semua kelompok komoditas dengan penurunan terbesar terjadi pada kelompok bahan makanan dan sandang.


Dalam survei konsumen tersebut, diprakirakan akan terjadi penurunan indeks ekspektasi harga (IEH) pada tiga bulan menjadi di 13 kota dengan penurunan indeks terbesar di Bandar Lampung -68,5 poin dan Banten -33 poin.


Alfred memproyeksikan industri mamin pada semester II/2016 masih tidak akan menaikkan harga barang, mengingat adanya potensi deflasi pada Juli 2016.


Saat dihubungi terpisah, Kepala Riset PT Universal Broker In donesia Satrio Utomo menuturkan pada tahun ini, sektor korporasi mulai membaik. Menurutnya, hal itu sudah diprediksi sejak kuartal IV/2015.


BISNIS

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

6 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

11 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

20 jam lalu

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

Pemilu dan beberapa periode libur panjang seperti lebaran berpotensi mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2024.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

1 hari lalu

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

Direktur Utama InJourney Airports, Faik Fahmi mengatakan pemangkasan jumlah bandara internasional tidak bepengaruh signifikan ke ekonomi daerah.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

1 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

3 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

5 hari lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

6 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

10 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

10 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya