Pemerintah Siapkan Kebijakan Pangan Secara Komprehensif
Editor
Saroh mutaya
Rabu, 27 Juli 2016 23:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah menyiapkan kebijakan pangan yang lebih komprehensif untuk menjaga stabilitas harga pangan pokok, seperti beras, daging sapi, gula, dan jagung. Harga sejumlah bahan pangan itu dirasakan masih tinggi kendati telah melewati Lebaran.
“Presiden menargetkan dalam tiga bulan ke depan, kebijakan pangan dapat dijalankan. Kita perlu me-review lagi situasi pangan. Sekarang yang masih agak tinggi itu daging, bawang, dan gula. Beras lebih stabil,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution seusai memimpin rapat koordinasi mengenai ketersediaan dan stabilisasi harga pangan, Selasa (26 Juli 2016).
Di antara sejumlah bahan pangan itu, harga gula mendapat perhatian khusus dari pemerintah karena harga komoditas ini masih bertahan tinggi di level Rp16.000 per kg.
Sejumlah upaya siap ditempuh pemerintah dalam rangka menekan harga gula menjadi Rp12.500 per kg pada akhir tahun, antara lain revitalisasi industri gula melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi.
Opsi penambahan kuota impor juga tetap dibuka untuk memastikan pasokan terjamin dan harga gula terkendali. Dalam rangka menurunkan harga gula menjadi Rp12.500 per kg, Perum Bulog diminta untuk meningkatkan stok gula melalui pembelian dari pabrik-pabrik gula.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman menambahkan industri gula nasional juga harus dibangun dengan cara intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi berupa revitalisasi pabrik dan penyiapan bibit unggul.
Dari sisi ekstensifikasi, pemerintah menyiapkan 380.000 hektare lahan untuk pabrik-pabrik gula yang telah berdiri. Ada 13 pabrik gula yang mendapatkan program ekstensifikasi. Jika rencana ini direalisasikan, produksi gula bisa digenjot dalam tiga hingga lima tahun ke depan. Nilai investasi program ekstensifikasi sebesar Rp5 triliun dengan kapasitas 10 juta ton cane per day (tcd) per pabrik untuk kegiatan on farm ataupun off farm.
“Kami yakin bisa turun,” tambah Amran.
Ditemui dalam kesempatan yang sama, Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto menuturkan pemerintah belum memiliki opsi impor, apalagi saat ini pasokan gula di pasar global sedang menurun karena faktor cuaca. “Mencari barangnya tidak mudah,” tegasnya.
Cuaca buruk terjadi akibat kemarau basah atau La Nina. Musim giling harusnya dimulai pada Mei, tetapi karena hujan terus turun hingga Juli, rendemen masih rendah. “Alhasil pasokan kurang,” jelasnya.
Kuota impor raw sugar tahun ini sebesar 114.000 ton. Namun, hingga bulan ini, belum ada gula impor yang masuk. Sebagian besar impor berasal dari Brasil. Dia mengharapkan impor bisa masuk sebelum September 2016 sehingga harga bisa turun. Pemerintah akan menjajaki negara lain, seperti Thailand dan Italia.
IZIN MENDESAK
Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Rafinasi Indo nesia (AGRI) Faiz Ahmad mengatakan kebutuhan percepatan pemberian izin impor gula kuartal IV/2016 sangat mendesak.
Pasalnya, jika izin impor dipercepat, kalangan pengusaha bisa lebih fleksibel. Dampaknya, mereka pun memiliki posisi tawar yang lebih baik terutama soal harga. Kendati demikian, hingga kini AGRI mengakui belum mengajukan percepatan pemberian izin kuota impor gula.
“Kami akan ajukan secepatnya, harapannya akhir Juli sudah ada keputusan. Kalau izin impor sudah di tangan, impor bisa lebih fleksibel,” tutur Faiz, Selasa (26 Juli 2016).
Di sisi lain, Kementerian Perda gangan bersikeras tetap akan me nerbitkan izin impor gula kuartal IV/2016 sesuai dengan ran cangan waktu yang ditetapkan.
“Ya jangan dong, ini kan baru awal kuartal III/2016,” ujar Plt. Dirjen Per da gangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Karyanto Suprih kepada Bisnis, belum lama ini.
Alokasi impor gula mentah yang ditetapkan pada tahun ini sebesar 3,22 juta ton. Yang terbaru, lanjut dia, Kemendag telah meneken izin impor gula untuk kuartal III/2016.
BISNIS