Seorang karyawan mengamati pergerakan angka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, 2 November 2015. ANTARA FOTO
TEMPO.CO, Jakarta - Sentimen pasar diperkirakan masih akan dibayangi aksi ambil untung lanjutan. Hal itu menyusul antisipasi pemodal atas rilis laba 2Q16 sejumlah emiten sektoral dan koreksi di sejumlah harga komoditas.
Itu merupakan prediksi analis ekonomi dari First Asia Capital, David Sutyanto, untuk perdagangan hari ini, Jumat, 22 Juli 2016.
Menurut David, di sisi lain, harga saham sektoral saat ini dinilai relatif mahal. Padahal kinerja perekonomian domestik masih menghadapi tantangan perlambatan, sehingga belum mencerminkan pertumbuhan kinerjanya.
David memperkirakan IHSG akan bergerak dengan support di angka 5.180 dan resistan di level 5.260 yang cenderung koreksi dalam rentang konsolidasi. "Menjelang akhir Juli, perhatian pasar juga tertuju pada rilis laba 2Q16 sejumlah emiten sektoral," katanya dalam siaran tertulis, Jumat, 22 Juli 2016.
Penguatan IHSG kemarin tertahan akibat aksi ambil untung menjelang penutupan pasar. Saham perbankan umumnya terkoreksi lantaran dipicu aksi ambil untung setelah Bank Indonesia (BI) memutuskan menahan suku bunga (BI Rate) tetap di angka 6,5 persen. IHSG kemarin ditutup terkoreksi 25,850 poin (0,49 persen) di angka 5.216,973.
"Tertundanya penurunan bunga mengindikasikan kehati-hatian bank sentral dalam merespons perkembangan ekonomi global dan dampaknya terhadap perekonomian domestik," ujar David.
Sementara itu, Wall Street tadi malam terkena koreksi teknik setelah rally sembilan hari perdagangan berturut-turut. Indeks DJIA dan S&P masing-masing terkoreksi 0,42 persen dan 0,36 persen ditutup di angka 1.8517,23 dan 2.165,17. Koreksi terjadi setelah data rilis laba 2Q16 sejumlah emiten di bawah perkiraan dan harga minyak mentah turun 2 persen di angka US$ 44,54 per barel.
Pasar saat ini tengah konsolidasi mengantisipasi hasil pertemuan The Fed pekan depan. Tadi malam ECB kembali menahan tingkat bunganya di angka nol persen dan bunga deposit facility minus 0,4 persen. Keputusan ECB tersebut di luar ekspektasi pelaku pasar sebelumnya yang mengharapkan adanya tambahan kebijakan stimulus.
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
4 Desember 2023
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.