Kelebihan Pasokan LNG Terus Berlangsung Hingga 2024

Reporter

Selasa, 21 Juni 2016 18:49 WIB

TEMPO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga riset McKinsey Energy Insights (MEI) memprediksi pasokan gas alam cair akan terus berlebih hingga 2024. Akibatnyasejumlah proyek akan mencapai keputusan akhir investasi dalam 12 bulan sampai 18 bulan ke depan.


Dalam riset terbarunya, menunjukkan pasokan gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) diperparah dengan adanya pasokan sebesar 100 juta ton per tahun dari terminal ekspor yang saat ini tengah dibangun di Amerika Serikat dan Australia.


Lembaga itu memprediksi pada 2019, kelebihan pasokan LNG akan mencapai angka tertinggi dengan menorehkan sebanyak 60 juta ton per tahun (ton per annum/MTPA).


James Walker, specialist di McKinsey Energy Insights mengungkapkan riset itu menunjukkan kondisi kelebihan pasokan (oversupply) di situasi market terkini disebabkan semakin menantangnya kondisi untuk operator yang mengharapkan bisa mencapai keputusan akhir investasi atau final investment decision (FID) dalam waktu dekat.


Namun, lanjutnya, agar proyek tersebut layak investasi, para operator memerlukan asumsi kestabilan harga LNG di level tinggi pasca 2024. Selain itu, operator juga memerlukan strategi optimalisasi biaya untuk mengurangi belanja modal dari proyek tersebut.


Advertising
Advertising

"Dalam kondisi pasar yang oversupply, banyak proyek akan beejuang untuk mengamankan pembeli, bahkan ketika proyek telah memasuki masa konstruksi, pasokan LNG akan menekan pasar pada waktu yang buruk," ujar Walker dalam laporan itu, dikutip dari LNGworldnews, Selasa (21 Juni 2016).


Riset tersebut juga memprediksi bahwa pasar akan tetap kelebihan pasokan kecuali rendahnya harga LNG bisa memulihkan permintaan yang dalam dua tahun ini sangat terbatas.


Sebelumnya, pasar LNG justru diperkirakan meningkat dalam beberapa tahun mendatang seiring dengan adanya target perubahan bauran energi China pada 2020.


Negara konsumen energi terbesar dunia itu, tengah mendorong pemanfaatan LNG untuk memangkas polusi yang banyak disebabkan oleh energi dari batu bara.


Cina, dalam bauran energinya ingin meningkatkan pemanfatan gas menjadi 10% pada 2020 dari posisi 6% pada tahun lalu, meskipun bahan bakar itu memiliki harga hampir tiga kali lipat lebih mahal daripada batu bara untuk pembangkit listrik.


Perusahaan periset Bloomberg Intelligence and North Square Blue Oak Ltd. pada bulan lalu mengungkapkan peningkatan bauran energi gas Cina itu akan mendorong permintaan gas domestik menjadi 350 miliar kubik pada 2020, dengan asumsi komsumsi gas meningkat 10% setiap tahunnya.


Padahal harga gas yang dijual di Cina masih berkisar 2,18 yuan per meter kubik atau sekitar US$9 per juta thermal unit (million metric british thermal unit/MMBtu), sementara harga gas di Amerika Serikat hanya US$2,039 per MMBtu dan di Inggris hanya US$4,24 per MMBtu.


Adapun, konsumsi gas di Cina hanya meningkat 3,7% pada 2015 menjadi 191 miliar meter kubik, masih jauh dari target konsumsi mereka sebesar 230 miliar meter kubik. Sementara, peningkatan konsumsi pada tahun ini diperkirakan hanya sebesar 6%.


BISNIS.COM

Berita terkait

PGN Optimalkan Produk Gas Alam Cair

4 hari lalu

PGN Optimalkan Produk Gas Alam Cair

PGN mulai optimalkan produk gas alam cair di tengah menurunnya produksi gas bumi.

Baca Selengkapnya

Kelompok Lingkungan di Arena COP28 Desak Stop Perdagangan Gas Alam Cair

9 Desember 2023

Kelompok Lingkungan di Arena COP28 Desak Stop Perdagangan Gas Alam Cair

Kelompok lingkungan hidup di arena COP28 mendesak diakhirinya ekspansi LNG untuk menghentikan 'kekacauan iklim'.

Baca Selengkapnya

Pertamina Kembangkan Bisnis Carbon Capture dan Gas Alam Cair

7 September 2023

Pertamina Kembangkan Bisnis Carbon Capture dan Gas Alam Cair

PT Pertamina (Persero) mengembangkan bisnis carbon capture storage (CCS) dan gas alam cair (LNG) secara terintegrasi untuk mengurangi emisi karbon.

Baca Selengkapnya

Dukung Terminal LNG di Bali, Luhut Yakin RI Akan Kelebihan Produksi Gas Alam Cair pada 2032

26 Juli 2023

Dukung Terminal LNG di Bali, Luhut Yakin RI Akan Kelebihan Produksi Gas Alam Cair pada 2032

Menteri Luhut meminta pembangunan Terminal Liquified Natural Gas (LNG) di Bali terus digenjot. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Jokowi Buka Keran Ekspor Pasir Laut, Luhut Larang Ekspor LNG, Apa Alasannya?

1 Juni 2023

Jokowi Buka Keran Ekspor Pasir Laut, Luhut Larang Ekspor LNG, Apa Alasannya?

Setelah 20 tahun dilarang, Jokowi membuka keran ekspor pasir laut yang disusul dengan perintah Menko Marves, Luhut melarang ekspor LNG. Ada apa?

Baca Selengkapnya

Truk Berbahan Bakar Gas Alam Cair Pertama di Indonesia Sedang Diuji Coba

25 Januari 2023

Truk Berbahan Bakar Gas Alam Cair Pertama di Indonesia Sedang Diuji Coba

Subholding Gas Pertamina, PT PGN bersama anak usaha PT Gagas Energi Indonesia sedang melakukan uji coba truk berbahan bakar gas alam cair (LNG).

Baca Selengkapnya

Eropa Melirik Afrika untuk Mencari Alternatif Gas Rusia

12 Oktober 2022

Eropa Melirik Afrika untuk Mencari Alternatif Gas Rusia

Afrika memiliki cadangan gas alam cair yang melimpah. Negara-negara Eropa meliriknya untuk mengurangi ketergantungan pada gas Rusia.

Baca Selengkapnya

Nigeria Mau Suplai Gas Alam Cair Lebih Banyak ke Eropa

8 September 2022

Nigeria Mau Suplai Gas Alam Cair Lebih Banyak ke Eropa

Nigeria siap membangun proyek pipa gas agar bisa mengirimkan gas alam cair lebih banyak ke Eropa. Sebab saat ini kendala utamanya adalah keamanan.

Baca Selengkapnya

SKK Migas Siapkan 58 Kargo LNG untuk Produksi Listrik PLN di 2022

6 Januari 2022

SKK Migas Siapkan 58 Kargo LNG untuk Produksi Listrik PLN di 2022

Industri hulu minyak dan gas bumi memastikan komitmennya untuk terus memasok gas alam cair atau LNG untuk memenuhi kebutuhan sektor kelistrikan.

Baca Selengkapnya

Tahun Ini, Pertamina Alihkan Semua Bisnis Gas Alam Cair ke PGN

11 Februari 2020

Tahun Ini, Pertamina Alihkan Semua Bisnis Gas Alam Cair ke PGN

Setelah mendapat limpahan bisnis LNG dari Pertamina, PGN segera mencari pasar di dalam maupun di luar negeri.

Baca Selengkapnya