Ini Tiga Alasan Kenaikan Rating Investasi Penting bagi RI

Jumat, 13 Mei 2016 17:38 WIB

TEMPO/Wahyu Setiawan

TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengatakan setidaknya ada tiga alasan kenapa peningkatan rating investasi itu penting bagi Indonesia. "Pertama, recognition. Kedua, perbaikan persepsi positif. Ketiga, mengurangi premi risiko dan mengurangi biaya untuk pendanaan di Indonesia," kata Perry saat ditemui di kompleks kantor Bank Indonesia, Jumat, 13 Mei 2016.

Recognition atau pengakuan, menurut Perry, penting karena sudah begitu banyak kemajuan di Indonesia. Karena itu, ia menganggap penting apa yang sudah dilakukan Bank Indonesia dan pemerintah diakui. "Wajar kalau kemajuan itu Indonesia berhak mendapat pengakuan," ujarnya.

Perry menuturkan, dengan adanya perbaikan rating, akan ada perbaikan persepsi investor terhadap Indonesia. Nantinya investor-investor tersebut bisa berinvestasi melalui penanaman modal asing ataupun portofolio. "Bahwa Indonesia prospek ekonominya bagus, risiko eksternal terkendali, kemajuan infrastruktur cepat."

Kemudian yang terakhir, ketika rating investasi Indonesia meningkat, premi risikonya akan lebih rendah. Perry juga mengatakan bahwa akan ada suku bunga rendah jika rating investasi Indonesia naik.

Tak hanya berlaku bagi sovereign atau pembiayaan dari negara untuk penerbitan obligasi global bond, menurut Perry, hal itu juga berlaku untuk swasta. “Karena akan merembes ke swasta dan sektor keuangan lainnya," ucapnya.

Meski begitu, Perry menjelaskan bahwa pihaknya tak ingin berspekulasi mengenai hasil penilaian lembaga rating S&P nantinya. Ia menambahkan bahwa pemerintah Indonesia sangat serius dalam hal ini. Bahkan Presiden Joko Widodo ikut menemui perwakilan mereka. "Menteri-menteri juga, mereka berbagi kemajuan ekonomi, semua disampaikan."

Indonesia sudah mendapatkan peringkat layak investasi dari dua lembaga rating internasional, yaitu Moodys dan Fitch Rating. Namun Standard and Poor (S&P) masih menempatkan Indonesia di bawah level layak investasi dengan peringkat BB+.

DIKO OKTARA

Berita terkait

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

10 jam lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ini 7 Manfaat Utama Investasi

1 hari lalu

Ini 7 Manfaat Utama Investasi

Investasi menjadi salah satu langkah keuangan yang wajib dilakukan oleh semua orang.

Baca Selengkapnya

Zulkifli Hasan Ungkap 40 Pabrik Asal Tiongkok Produksi Baja Ilegal di Tanah Air

1 hari lalu

Zulkifli Hasan Ungkap 40 Pabrik Asal Tiongkok Produksi Baja Ilegal di Tanah Air

Zulhas menyayangkan baja tak sesuai standar mutu masih diproduksi di Indonesia dengan alasan investasi.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

1 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

2 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

2 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

2 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

2 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

2 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

2 hari lalu

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.

Baca Selengkapnya