TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik menyebutkan, pada April 2016, terjadi deflasi. "Terjadi deflasi sebesar 0,45 persen pada April 2016 dibanding Maret lalu yang mengalami inflasi 0,19 persen," kata Kepala BPS Suryamin di kantornya, Senin, 2 Mei 2016.
Deflasi yang terjadi pada April 2016 merupakan yang tertinggi sejak 2000 pada bulan yang sama. Angka ini, menurut Suryamin, hanya kalah oleh deflasi April 1999. "Deflasi ini menunjukkan perkembangan komoditas bahan pokok terkendali," ucapnya.
Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga pada indeks kelompok pengeluaran, seperti kelompok bahan makanan sebesar 0,94 persen dan kelompok perumahan, meliputi air, listrik, gas, dan bahan bakar, sebesar 0,13 persen. Juga ada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang turun 1,60 persen.
Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain bensin, cabai merah, beras, ikan segar, dan tarif listrik. Harga daging ayam ras, cabai rawit, telur ayam ras, kentang, serta tarif angkutan dalam kota dan luar kota juga mengalami penurunan.
Dari 82 kota dalam indeks harga konsumen, 77 di antaranya mengalami deflasi dan 5 lain mengalami inflasi. Deflasi tertinggi diketahui terjadi di Kota Sibolga dengan 1,79 persen, dan yang terendah terjadi di Singaraja dengan 0,06 persen. Sedangkan inflasi tertinggi terjadi di Tarakan dengan 0,45 persen.
DIKO OKTARA