Pedagang batik di Pasar Beringharjo, Yogyakarta. TEMPO/Panca Syurkani
TEMPO.CO, Yogyakarta - Kegiatan usaha di Yogyakarta selama kuartal pertama 2016 turun dibandingkan kuartal IV tahun lalu. Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta Hilman Tisnawan mengatakan, penurunan terlihat dari angka saldo bersih tertimbang (SBT) yang terkontraksi minus 20,28 persen. Angka ini lebih rendah ketimbang triwulan empat 2015 sebesar 8,43 persen. “Kontraksi utamanya terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi dengan nilai SBT minus 7,78 persen,” ujarnya, Jumat, 29 April 2016.
Menurut dia, penurunan ini terjadi karena berakhirnya musim liburan akhir tahun sehingga mendorong konsumsi masyarakat kembali normal. Pada triwulan kedua kegiatan usaha diperkirakan mengalami ekspansi. Musim panen dan pulihnya kegiatan konvensi, perjalanan intensif dan pameran dalam industri pariwisata diprediksi mendorong kenaikan permintaan pada sektor itu. “Bulan puasa dan tradisi mudik juga mendorong kenaikan permintaan,” ujar Himan.
Dewan Penasihat Asosiasi Pengusaha Indonesia Yogyakarta, Ibnu Saleh, menyatakan penurunan kegiatan usaha pada kuartal pertama karena beban pajak dan kebutuhan biaya operasional. “Produk pasar dalam negeri saat ini juga kalah dengan produk-produk impor,” kata dia.