Pengunjung galeri BEI berbincang dengan latar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, 13 November 2015. ANTARA/Rosa Panggabean
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Keuangan PT Malindo Feedmill Rudi Hartono Husin mengatakan sudah mengantisipasi kerugian perusahaan akibat volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar. "Malindo mengatur, melalukan hedging atas mata uang asing," katanya di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 25 Februari 2016.
Menurut Rudi, perseroan tidak mempunyai pinjaman bank dalam mata uang asing sehingga kerugian kurs bisa diminimalisasi. Antisipasi juga dilakukan dengan efisiensi kegiatan operasional perusahaan. Misalnya memaksimalkan penggunaan bahan baku lokal untuk produksi pakan ternak.
Diakui pada kuartal pertama dan kedua 2015, perseroan tertekan sangat negatif. Rudi membenarkan ada kerugian Rp 70 miliar akibat selisih kurs karena pelemahan nilai rupiah. Namun pada kuartal ketiga dan keempat kondisi perusahaan membaik.
Rudi berujar pada 2014 behasil mencapai penjualan sebesar Rp 3,5 triliun. Tahun berikutnya, ia meyakini ada peningkatan penjualan signifikan. Peningkatan itu didukung perbaikan ekonomi di akhir tahun 2015. Tapi ia enggan menyebut besarnya kenaikan penjualan produknya. "Angkanya belum selesai audit, jadi belum bisa rilis."
Selain memproduksi pakan ternak, Malindo Feedmill juga memiliki peternakan. Peternakan itu tersebar di wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Namun untuk wilayah Papua, peternakan belum didirikan. Malindo masih akan fokus pada peternakan unggas karena pangsa pasar di sektor itu masih tinggi.
Rudi menuturkan konsumsi ayam dalam negeri masih rendah dibanding Vietnam bahkan Malaysia. Tingkat konsumsi ayam dalam negeri masih di bawah 10 kilogram per kapita per tahun. Sementara konsumsi ayam di Vietnam mencapai 13 kilogram per kapita per tahun. Sedangkan Malaysia sudah hampir 40 kilogram per kapita setiap tahun.
Direktur Operasional Malindo Feedmill Rewin Hanrahan menilai produk andalan Malindo masih di produksi pakan ternak. Perseroan belum akan mendiversifikasi bisnisnya ke sektor peternakan sapi dan perikanan. Selain itu masih akan fokus meningkatkan pangsa pasar dalam negeri. "Belum ekspor, biaya transportasinya sangat tinggi," ujarnya.
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
4 Desember 2023
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.