Martina Berto-Kehati Sumbang Rp 200 Juta Lestarikan Anggrek

Reporter

Rabu, 17 Februari 2016 10:40 WIB

Bunga anggrek bulan "sengatan lebah" atau Phalaenopsis, ditampilkan dalam peluncuran media tentang anggrek di Botanic Gardens Kew Royal, London, 5 Februari 2015. Anggrek merupakan bunga dengan jenis terbanyak, hidup di daerah tropis sampai sirkumpolar. Anggrek biasanya tumbuh dengan cara epifit atau menempel. REUTERS/Neil Balai

TEMPO.CO, Jakarta - PT Martina Berto Tbk, produsen produk kosmetik dan jamu, menjalin kerja sama dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati) untuk menyelamatkan anggrek-anggrek alam Indonesia dan menyerahkan bantuan hibah secara simbolis sekitar Rp 200 juta.

Penandatanganan kerja sama itu dilakukan Bryan David Emil, Direktur PT Bertina Berto Tbk, dan MS Sembiring, Direktur Eksekutif Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia, didampingi oleh Martha Tilaar Founder & Chairwomen Martha Tilaar Group dan Erna Witoelar pada acara yang bertajuk Greening the Nation with Orchid, di Martha Tilaar Center, Graha Irama Building, Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa, 16 Februari 2016.

Martha Tilaar merupakan salah seorang yang peduli akan kelestarian keanekaragaman hayati Indonesia. Ia berperan melestarikan beragam tanaman obat langka di Kampoeng Djamoe Organik (Kado) di Cikarang. Pada kesempatan tersebut, PT Martina Berto Tbk mengajak konsumen Indonesia ikut peduli melestarikan anggrek-anggrek Indonesia dengan menyumbangkan hasil penjualan sabun anggrek Coelogyne marthae senilai Rp 10 ribu untuk setiap pembelian sabun tersebut.

Dana yang terkumpul akan didedikasikan untuk mendukung pelestarian anggrek berbasis komunitas di ekosistem Taman Nasional Gunung Merapi, Yogyakarta, dan ekosistem karst di Kecamatan Tepus, Gunung Kidul.

Diperkirakan donasi yang terkumpul dari hasil penjualan sabun kecantikan yang menggunakan ekstra wewangian anggrek langka Coelogyne marthae itu mencapai sekitar Rp 200 juta selama dua tahun. Tahap pertama akan diserahkan senilai Rp 100 juta untuk rentang waktu 2016-2017 dan sisanya rentang tahun 2017-2018.

Penyerahan dana tersebut merupakan wujud nyata dari penandatanganan nota kesepahaman antara PT Martina Berto Tbk dan Kehati.

Sembiring berharap program tersebut dapat melestarikan anggrek asli di kawasan karst dan di Taman Nasional Gunung Merapi sekaligus digunakan untuk pemberdayaan masyarakat pengelola taman Kehati. “Potensi anggrek lokal masih bisa dikembangkan lagi agar warga setempat sebagai pemelihara dan pelestari merasakan langsung manfaatnya,” kata Sembiring.

Wilayah Tepus menjadi kawasan karst berkat dukungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Badan Lingkungan Hidup Provinsi DIY sejak 2010. Para petani anggrek telah menyelamatkan sekitar 78 jenis pohon endemis lokal Yogyakarta. Adapun di Desa Turgo, kawasan ekosistem Gunung Merapi, Yogyakarta, sudah berkembang pusat pengelolaan anggrek oleh masyarakat. Data keragaman anggrek di kawasan tersebut mencapai 67 jenis anggrek.

ANTARA


Berita terkait

Fakta Menarik Taman Margasatwa Ragunan yang Selalu Dipadati Pengunjung Saat Libur Lebaran 2024

14 hari lalu

Fakta Menarik Taman Margasatwa Ragunan yang Selalu Dipadati Pengunjung Saat Libur Lebaran 2024

Taman Margasatwa Ragunan yang dipadati pengunjung pada libur Lebaran 2024 punya beberapa fakta menarik.

Baca Selengkapnya

Arti Logo Pameran Flona 2023 di Langan Banteng, Berlangsung hingga 16 Oktober 2023

16 September 2023

Arti Logo Pameran Flona 2023 di Langan Banteng, Berlangsung hingga 16 Oktober 2023

Logo Flona 2023 melambangkan Jakarta mendukung Nusantara sebagai Ibu kota baru

Baca Selengkapnya

Delapan Ekowisata Mangrove di Indonesia yang Kerap Dikunjungi

1 Agustus 2022

Delapan Ekowisata Mangrove di Indonesia yang Kerap Dikunjungi

Ekowisata mangrove, yakni wisata edukasi yang mengutamakan keindahan alami dari hutan mangrove serta makhluk hidup di dalamnya.

Baca Selengkapnya

Papua Dorong Penetapan Kawasan Ekosistem Penting untuk Lindungi Flora dan Fauna

22 Mei 2022

Papua Dorong Penetapan Kawasan Ekosistem Penting untuk Lindungi Flora dan Fauna

Kawasan ekosistem penting tersebut akan dikelola oleh berbagai pihak, termasuk masyarakat adat setempat.

Baca Selengkapnya

BRIN: 88 Temuan Spesies Baru 2021, Mayoritas dari Sulawesi

28 Januari 2022

BRIN: 88 Temuan Spesies Baru 2021, Mayoritas dari Sulawesi

BRIN mengumumkan hasil temuan spesies flora dan fauna sepanjang 2021. Berkolaborasi dengan peneliti asing,

Baca Selengkapnya

Ingin Tahu Flora dan Fauna Khas Indonesia, Bisa Lihat di Pecahan Uang Rupiah

16 November 2021

Ingin Tahu Flora dan Fauna Khas Indonesia, Bisa Lihat di Pecahan Uang Rupiah

Dalam pecahan uang rupiah terdapat beragam gambar flora dan fauna khas Indonesia, dari jalak bali, burung kepodang hingga anggrek larat, bunga jeumpa

Baca Selengkapnya

Wisata Edukasi Virtual Kebun Raya Bogor, Tetap Bisa Piknik Sambil Belajar

5 Oktober 2021

Wisata Edukasi Virtual Kebun Raya Bogor, Tetap Bisa Piknik Sambil Belajar

Kebun Raya Bogor telah mengjadirkan layanan wistaa edukasi virtual itu bagi pelajar dan mahasiswa selama pandemi.

Baca Selengkapnya

58 Tahun IPB, Pernah Bergabung dengan Universitas Indonesia

1 September 2021

58 Tahun IPB, Pernah Bergabung dengan Universitas Indonesia

Hari ini, IPB genap 58 tahun, Begini ceritanya pernah bergabung dengan Universitas Indonesia di suatru masa.

Baca Selengkapnya

Konsep Mini Zoo Makin Marak Sebagai Destinasi Wisata

7 April 2021

Konsep Mini Zoo Makin Marak Sebagai Destinasi Wisata

Konsep mini zoo, mirip dengan kebun binatang, tapi dengan lingkup dan jumlah satwa yang lebih sedikit, berikut tempat makan dan penginapan.

Baca Selengkapnya

Nicholas Saputra Suka Isu Lingkungan Berawal dari Terpaksa...

25 Desember 2019

Nicholas Saputra Suka Isu Lingkungan Berawal dari Terpaksa...

Nicholas Saputra memproduksi film panjang bertema lingkungan berjudul Semes7a. Ternyata awal mula ia menyukai isu lingkungan karena terpaksa...

Baca Selengkapnya