Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin, usai mengikuti Public Expose Sensus Ekonomi 2016 di Hotel Bidakara, Jakarta, 10 Desember 2015. TEMPO/Rico Suyanto
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin mengatakan selama ini para pengusaha sulit merespons survei perusahaan. Padahal, kata dia, semua data yang dihasilkan bersifat agregat, bukan data individu. "Akan sangat berguna bagi para pengusaha juga," katanya melalui pesan pendek, Senin, 8 Februari 2016.
Suryamin menjelaskan, perusahaan yang sulit merespons adalah perusahaan besar dan menengah. Belum lagi, kata dia, petugas survei kerap sulit bertemu dengan pejabat di perusahaan yang menangani data. "Tapi sebagian, apabila sudah bertemu dan dijelaskan dengan baik, umumnya menjadi lebih baik. Hanya tetap memerlukan waktu lama," ujarnya. "Kecepatan juga merupakan bagian dari kualitas data."
Suryamin mengimbau para pengusaha agar mendukung sensus ekonomi 2016 yang digelar pada Mei mendatang. Caranya dengan memberikan data yang cepat dan yang sebenarnya. "Jangan khawatir, data individu perusahaan tidak akan dipublikasikan," tutur Suryamin.
Menurut Suryamin, data yang akan dipublikasikan adalah data agregasi. Seperti agregasi wilayah atau subsektor/sektor ekonomi atau lapangan usaha. Data itu, kata Suryamin, bisa digunakan oleh semua pengguna data. Bisa diperoleh di websiteBPS atau datang langsung ke kantor BPS di daerah masing-masing.
Ia juga mengatakan sensus ekonomi tidak memungut biaya. "Jadi, kalau ada petugas yang meminta biaya atau apa pun, segera menghubungi kantor BPS setempat," ucap Suryamin. Program prioritas BPS tahun ini adalah sensus ekonomi 2016. Persiapannya sejak 2014. Data hasil sensus direncanakan selesai diolah dan disajikan akhir tahun 2016.
BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen
9 hari lalu
BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen
Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.