TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Kabinet Pramono Anung menegaskan bahwa tutupnya bisnis elektronik, Panasonic dan Toshiba, di Indonesia bukanlah balas dendam Jepang karena gagalnya kerja sama di proyek kereta cepat. Proyek kereta cepat akhirnya dikerjakan Cina.
"Kemarin saya berbicara dengan manajemen mereka. Intinya, mereka tidak menarik bisnisnya tapi ada penurunan kapasitas usaha sehingga perlu relokasi. Sudah dilaporkan ke Presiden Jokowi," ujar Pramono di Kompleks Istana Negara, Kamis, 4 Februari 2016.
Panasonic dan Toshiba berencana menutup pabriknya di Pasuruan, Jawa Timur, dan Cikarang, Jawa Barat, pada April 2016 ini. Data Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia mengklaim diperkirakan bakal ada 2.670 pekerja mereka yang akan diberhentikan.
Pramono pun menambahkan, nilai dari investasi Panasonic dan Toshiba di Indonesia sendiri setara pentingnya dengan proyek kereta cepat. Sehingga, mustahil apabila bisnis ditutup hanya karena dendam atas gagalnya kerja sama kereta cepat.
Terkait dengan relokasi bisnis kedua perusahaan Negara Matahari Terbit, menurut Pramono, diperkirakan akan berada di Bogor, Jawa Barat. Namun, hingga saat ini, belum ada kepastian dari pihak Panasonic maupun Toshiba.
Deputi Sekretariat Presiden Bey Machmudin Dirotasi karena Keteteran jadi Pj Gubernur Jabar
28 hari lalu
Deputi Sekretariat Presiden Bey Machmudin Dirotasi karena Keteteran jadi Pj Gubernur Jabar
Menteri Sekretaris Negara Pratikno menjelaskan Bey Machmudin dirotasi dari posisinya di Sekretariat Presiden supaya pemerintahan berfungsi dan berjalan maksimal.
Indonesia Bisa Membuat Kereta Cepat, Pengamat Sebutkan Peluang dan Kebijakan Strategis
19 Oktober 2023
Indonesia Bisa Membuat Kereta Cepat, Pengamat Sebutkan Peluang dan Kebijakan Strategis
Ketua Bidang Perkeretaapian MTI Aditya Dwi Laksana mengatakan pengembangan kereta cepat secara lokal itu sama seperti kondisi di pertambangan yang memerlukan smelter. Artinya, Indonesia masih memerlukan penguatan di dalam negeri.