Program Sejuta Rumah, IPW: Ini Kendala yang Harus Diatasi

Reporter

Jumat, 29 Januari 2016 23:01 WIB

ANTARA/Saiful Bahri

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia Properti Watch memetakan sejumlah kendala yang harus segera diatasi pemerintah bila ingin merealisasikan program sejuta rumah bagi masyarakat.


CEO Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda menilai program sejuta rumah yang saat ini sudah memasuki tahun kedua masih belum optimal karena sejumlah kendala yang ada masih belum teratasi sepenuhnya.


Ali mengatakan, program sejuta rumah masih belum memperlihatkan peran pemerintah dalam menyediakan rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Porsi pemerintah dalam program sejuta rumah hanya sekitar 16,4%, sementara sisanya diserahkan kepada swasta.


Strategi arah pembangunan program sejuta rumah menurutnya masih belum terlihat jelas. Hal tersebut menyebabkan masing-masing pemangku kepentingan berjalan sendiri-sendiri. Pemerintah menurutnya perlu membuat grand strategy dan rencana target yang lebih detail untuk masing-masing wilayah.


Selain itu, faktor krusial utama yakni ketersediaan lahan pun belum benar-benar disiapkan pemerintah. Harga tanah yang semakin tinggi akan menyulitkan pengembang untuk memperoleh lahan murah bagi hunian MBR, sementara pemerintah belum memiliki instrumen untuk mengendalikan harga tanah.


Advertising
Advertising

“Tanah-tanah di sebagian lokasi yang akan dilalui infrastruktur cenderung akan meningkat dan pemerintah seharusnya dapat mengamankan harga tanah tersebut melalui pengadaan atau instrumen lain agar ketersediaan lahan untuk program sejuta rumah dapat terpenuhi,” katanya dalam publikasi IPW yang dikutip Bisnis, Jumat 29 Januari 2016).


Digabungnya Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perumahan Rakyat seharusnya memudahkan pemerintah untuk mengantisipasi lonjakan harga tanah terkait rencana pembangunan infrastruktur.


Menurutnya, Kementerian PUPR harus melakukan koordinasi dengan pemda melalui Kementerian Dalam Negeri untuk segera merealisasikan tata ruang yang jelas bagi pengembangan hunian MBR. Tata ruang yang jelas akan memudahkan perencanaan penyediaan infrastruktur dan kerjasama bersama pengembang swasta untuk pembangunan hunian.


Dengan adanya strategi pengembangan dan rencana tata ruang yang jelas dari pemerintah, seharusnya akan memudahkan koordinasi dengan pengembang swasta dalam pemenuhan kewajiban hunian berimbang. Bila pemenuhan kewajiban dalam satu kawasan tidak dapat dipenuhi, pemerintah dapat menawarkan lokasi yang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.


Selain itu, regulasi yang diberikan pemerintah terkait insentif pembebasan pajak pertambahan nilai (PPN) bagi rumah susun sederhana, menurutnya masih menyulitkan pengembang. Aturan tersebut memberikan batas luas rusun bebas PPN yakni antara 21 m2 hingga 36 m2 dengan harga maksimal Rp250 juta.


Menurutnya, dengan perkembangan yang ada saat ini, pengembang sulit untuk membuat rusuna tipe 21 m2 dengan standar harga yang ada. Pergerakan pasar memperlihatkan masih mungkin untuk pembangunan rusuna di bawah tipe 21 m2.


“Selain itu juga, pemerintah masih harus memberikan definisi yang lebih tegas mengenai luas tipe untuk membedakan antara gross area, semi gross , atau net area,” katanya.


Ali juga menyoroti soal belum adanya sinkronisasi antara Kementerian ESDM dan Kementerian PUPR terkait kategori rumah MBR yang seharusnya memperoleh subsidi untuk listrik 900 W. Berdasarkan pengamatan di lapangan, pihak PLN hanya mau memasok listrik 1.300 W untuk perumahan-perumahan yang ikut program sejuta rumah.


Rencana Tapera pun menurutnya masih membebani para pengusaha. Untuk itu, perlu dibuat alternatif pembiayaan dengan meningkatkan peran BPJS sebagai salah satu sumber pembiayaan perumahan. Salah satu alternatif dapat dengan membentuk BPJS Papan.


BISNIS.COM

Berita terkait

Bantuan RLH untuk Keluarga Pra Sejahtera di Kaltim Lampaui Target

3 Oktober 2023

Bantuan RLH untuk Keluarga Pra Sejahtera di Kaltim Lampaui Target

Kalau dengan CSR bisa bangun 3.000 rumah layak huni, maka kemiskinan Kaltim akan turun tinggal 2 persen

Baca Selengkapnya

Anggaran DP Nol Rupiah di APBD DKI Melonjak Drastis Dipersoalkan

17 November 2017

Anggaran DP Nol Rupiah di APBD DKI Melonjak Drastis Dipersoalkan

Fraksi-fraksi di DPRD DKI menuntut penjelasan Gubernur Anies Baswedan mengapa anggaran DP rumah 0 Rupiah di APBD 2018 naik menjad Rp 800 Miliar.

Baca Selengkapnya

Gaji Rp 5 Juta Ingin Beli Rumah di Jakarta? Ini Saran Apersi

19 Oktober 2017

Gaji Rp 5 Juta Ingin Beli Rumah di Jakarta? Ini Saran Apersi

Sulit bagi mereka yang bergaji Rp 5 juta membeli rumah tapak di Jakarta, tapi bukan tidak mungkin. Ini saran Apersi

Baca Selengkapnya

Pemerintah Akan Tetapkan Rating Rumah Subsidi yang Berkualitas

30 September 2017

Pemerintah Akan Tetapkan Rating Rumah Subsidi yang Berkualitas

Pemerintah membahas rencana pemberlakuan rating kualitas perumahan subsidi yang dibangun dalam program Satu Juta Rumah.

Baca Selengkapnya

Djarot Minta Maaf Belum Bisa Sediakan Rumah Tapak DP Nol Persen

16 September 2017

Djarot Minta Maaf Belum Bisa Sediakan Rumah Tapak DP Nol Persen

Jumlah warga umum yang mendaftar mendapatkan rumah susun sewa sejak 2013 sekitar 12 ribu kepala keluarga.

Baca Selengkapnya

Baru 20 Daerah yang Siap Terbitkan Sertifikat Rumah Subsidi

4 September 2017

Baru 20 Daerah yang Siap Terbitkan Sertifikat Rumah Subsidi

Kementerian PUPR akan melakukan pendampingan bagi pemerintah daerah yang belum siap menerbitkan sertifikat rumah subsidi.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Siapkan Kredit Mikro Perumahan bagi Pekerja Informal

26 Agustus 2017

Pemerintah Siapkan Kredit Mikro Perumahan bagi Pekerja Informal

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyediakan pembiayaan mikro perumahan untuk rumah swadaya bagi pekerja informal.

Baca Selengkapnya

DKI Siapkan Rusun Nagrak untuk Program DP Nol Rupiah

25 Agustus 2017

DKI Siapkan Rusun Nagrak untuk Program DP Nol Rupiah

Pemerintah DKI Jakarta menyiapkan Rusun Nagrak, Jakarta Utara untuk program DP Nol Rupiah Anies-Sandi.

Baca Selengkapnya

PUPR Temukan 40 Persen Rumah Murah Tak Dihuni  

22 Agustus 2017

PUPR Temukan 40 Persen Rumah Murah Tak Dihuni  

Banyak rumah bersubsidi tak laik huni karena tak ada air bersih dan listrik.

Baca Selengkapnya

Menteri Rini Minta Harga Rusun Tanjung Barat di Bawah Rp 200 Juta

16 Agustus 2017

Menteri Rini Minta Harga Rusun Tanjung Barat di Bawah Rp 200 Juta

Rini meminta Perumahan Nasional menekan harga per meter untuk kalangan MBR.

Baca Selengkapnya