TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengtakan bank sentral masih mewaspadai perekonomian Cina. “Kemungkinan pertumbuhan ekonominya masih pelan, mungkin juga nilai tukar yuan itu masih akan ada volatilitas,” kata Agus di kantornya, Jumat, 15 Januari 2016.
Menurut Agus, BI terus memperhatikan perkembangan ekonomi Cina sejak kuartal keempat tahun 2015 hingga sekarang. Pertumbuhan ekonomi Cina yang lamban, akan diikuti perlambatan pertumbuhan manufaktur di Cina. Kondisi ekonomi Cina yang akan turun di rata-rata 6,5 persen mempengaruhi Indonesia di sektor perdagangan.
Menurut Agus, pelemahan ekonomi Cina membuat ekonomi negara-negara berkembang menurun. Namun ia menilai positif inisiatif pemerintah mempercepat pencairan anggaran. BI pun akan tetap berkoordinasi untuk mendorong infrastruktur. “Ini akan baik untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia.”
Selain Cina, menurut Agus penurunan harga minyak mentah dunia yang sempat menyentuh di bawah US$ 30 menyebabkan harga-harga komoditi akan tertekan. Kondisi itu bisa berdampak pada negara berkembang, khususnya jika ada tekanan dalam aliran modal. Ia berujar bisa ada pengalihan dana dari dana-dana yang ada di negara-negara berkembang.
Kondisi politik Timur Tengah yang masih hangat dan isu percobaan bom yang akan dilakukan Korea Utara, menurut Agus, bisa mempengaruhi kondisi ekonomi Indonesia. Meski kondisi ekonomi Indonesia secara umum baik, tetap harus diwaspadai perkembangan geopolitik dunia. Meski begitu, diyakini masih ada ruang untuk melonggarkan kebijakan moneter lebih jauh dengan melihat stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan global.
DANANG FIRMANTO
Berita terkait
BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini
9 jam lalu
BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca SelengkapnyaBI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini
1 hari lalu
BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.
Baca SelengkapnyaEkonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025
2 hari lalu
Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.
Baca SelengkapnyaZulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi
3 hari lalu
Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.
Baca SelengkapnyaSehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187
3 hari lalu
Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.
Baca SelengkapnyaPengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan
3 hari lalu
BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.
Baca SelengkapnyaIHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia
3 hari lalu
IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.
Baca SelengkapnyaFathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas
3 hari lalu
Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.
Baca SelengkapnyaUang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024
3 hari lalu
BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.
Baca SelengkapnyaAlipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal
3 hari lalu
Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.
Baca Selengkapnya