Tenaga ahli berlari di tengah guyuran hujan saat melakukan pemadaman di daerah Lebong Hitam, Tulung Selapan, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Metode Paku Bumi dilakukan dengan menggunakan pipa sepanjang 1,5 meter berdiameter sekitar 15 cm yang mengalirkan air ke dalam tanah. Air tersebut sudah dicampur dengan cairan kimia sehingga sangat efektif memadamkan bara api di lahan gambut. ANTARA/Nova Wahyudi
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Restorasi Gambut Nazir Foead memastikan akan merangkul dunia usaha guna merestorasi lahan gambut. Namun, ia ingin dunia usaha tak memandang keberadaan badan ini hanya semata-mata untuk lingkungan. "Kami juga peduli pada keberlanjutan ekonomi, jadi tak semata-mata untuk lingkungan," ujarnya di Istana Merdeka, Rabu, 13 Januari 2016.
Nazir mempunya koneksi yang kuat dengan dunia usaha. Sebab ia merupakan anggota Kamar Dagang Indonesia dan berperan sebagai Wakil Ketua Kontap Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim 2011-2013.
Nazir merupakan lulusan Bidang Konservasi Sumber Daya Manusia Universitas Gajah Mada tahun 1995. Sebelum ditunjuk Jokowi, Nizar bekerja di Climate and Land Use Alliance (CLUA) sebagai pimpinan program Indonesia sejak tahun 2014. Sebelumnya, ia bekerja di WWF Indonesia sebagai Direktur Konservasi selama tiga tahun.
Selain dunia usaha, Nazir juga akan mengajak masyarakat dalam kerja-kerja restorasi, monitoring, dan vokasi untuk memperbaiki kebijakan antar kementerian dan lembaga. Nazir mengatakan akan mengusahakan agar badan melakukan restorasi lahan gambut namun perusahaan konsesi dapat tetap menanam. "Sehingga perbaikan bisa dilakukan bersama-sama."
Badan Restorasi Gambut adalah badan Lembaga Non Struktural yang berdiri berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2016. Lembaga ini akan bertugas sampai 30 Desember 2020 dan terdiri dari kepala, sekretaris badan, dan empat deputi. Badan ini, kata dia, akan didukung oleh tim pengarah teknis yang diisi para gubernur, dirjen dan deputi yang berjumlah sampai 26 orang.