Seorang pialang meniup terompet pada hari terakhir perdagangan di Bursa Efek Filipina (PSE), di Makati City, Manila, Filipina, 29 Desember 2015. Perdagangan saham di Filipina akan kembali aktif pasca Tahun Baru 2016. REUTERS/Romeo Ranoco
TEMPO.CO, Jakarta - Samuel Sekuritas Indonesia mengemukakan pasar menunggu rilis sejumlah data ekonomi dari dalam dan luar negeri sebelum memutuskan membeli atau menjual saham.
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam risetnya yang diterima hari ini, Selasa 12 Januari 2016, mengemukakan data ekonomi yang ditunggu pasar di antaranya adalah neraca perdagangan Cina Desember 2015.
Para investor menunggu hingga Rabu 12 Januari 2016 pagi. Diperkirakan neraca perdagangan Cina mengalami surplus dalam jumlah tipis. Investor juga menunggu hasil rapat dewan Gubernur Bank Indonesia yang dilaksanakan pada 13-14 Januari 2016.
Investor memperkirakan peluang pemangkasan BI Rate meningkat, tetapi pelemahan ruliah membuka peluang Bank Indonesia menjaga BI Rate di 70,5 persen. Investor juga memperkirakan BI Rate ke 6,75 di 2016.
Selain itu, investor juga menanti rilis neraca perdagangan Indonesia Desember 2015 yang baru akan diumumkan pada Jumat 15 Januari 2016 siang. Diperkirakan neraca perdagangan Indonesia melebar defisitnya.
Investor juga menunggu data penjualan ritel Amerika Serikat Desember 2015 yang ditunggu hingga Jumat malam. Para pengusaha memperkirakan kondisi ritel di negara adidaya itu melambat.
Terakhir, investor menanti data Empire Manufacturing AS pada Januari 2016. Data ini ditunggu Jumat malam 15 Januari 2016, dan diperkirakan kondisinya membaik.
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
4 Desember 2023
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.