KNKT Umumkam Penyebab Jatuhnya AirAsia, Bukan Pengaruh Cuaca
Editor
Setiawan Adiwijaya
Selasa, 1 Desember 2015 17:53 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memaparkan hasil investigasi dari kotak hitam atau flight data recorder pesawat AirAsia QZ8501 dengan rute penerbangan Surabaya-Singapura, yang jatuh di Selat Karimata, Kalimantan Tengah, pada 28 Desember 2014.
"Berdasarkan catatan black box, kami tidak melihat adanya indikasi pengaruh cuaca sebagai penyebabnya," kata Ketua Sub-Komite Kecelakaan Udara KNKT Nurcahyo Utomo di aula KNKT, Jakarta Pusat, pada Selasa, 1 Desember 2015.
Nurcahyo menyebutkan terjadi empat kali aktivasi tanda peringatan atau master caution sebelum ditemukannya penyebab kerusakan pada pesawat tipe Airbus A320 tersebut. Gangguan pertama terjadi pada sistem Rudder Travel Limiter Unit (RTLU) pada pukul 06.01 WIB, saat pesawat berada di ketinggian 32 ribu kaki.
"Pilot melakukan prosedur sesuai dengan yang tertera dalam Electronic Centralized Aircraft Monitoring (ECAM). Problem hilang, pesawat lanjut terbang," katanya.
Gangguan kedua terjadi 8 menit berikutnya dan masih dalam sistem RTLU. Nurcahyo mengungkapkan, pilot berhasil mengatasi masalah tersebut dengan menjalani prosedur ECAM. Begitu pun yang terjadi saat gangguan ketiga pada pukul 06.13, pilot masih bisa melanjutkan penerbangan.
Namun, ucap Nurcahyo, saat mengalami gangguan keempat pada pukul 06.15, catatan kotak hitam menunjukkan ada indikasi berbeda dengan tiga gangguan sebelumnya. "Ada gangguan listrik pada dua Flight Augmentation Computer (FAC 1 dan FAC 2). Dua FAC mati, autopilot dan autothrust tidak aktif."
Selanjutnya, menurut Nurcahyo, sistem kendali pesawat berubah dari Normal Law ke Alternate Law, sehingga proteksi Airbus tidak aktif. Proteksi itu, salah satunya, tidak akan membuat pesawat berguling lebih dari 33 derajat. "Karena tidak aktif, pesawat bisa roll sampai 54-104 derajat," tuturnya.
Pengendalian pesawat juga dilakukan secara manual dan menyebabkan pesawat kehilangan daya angkat (stall) hingga akhir rekaman FDR. Dalam keadaan itu, Nurcahyo menjelaskan, pesawat berguling 6 derajat per detik, lalu jatuh relatif datar, seolah seperti normal dan pramugari merasakan pesawat masuk ke kondisi cuaca buruk.
Ketua KNKT Suryanto menambahkan, pilot tidak melakukan tindakan sesuai dengan prosedur ECAM saat mengalami gangguan keempat. Namun, kata Nurcahyo, hal itu di luar batas kemampuan pilot. "Ketidakberhasilan mengendalikan Alternate Law mungkin di luar batas kemampuan pilot," ujarnya.
FRISKI RIANA