Kisah Raja Bajaj dan Bapak Bir

Reporter

Editor

Senin, 4 Agustus 2003 10:08 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:

SIAPAKAH Eddy Tansil? Pada paspornya tertulis nama Tan Eddy Tansil alias Tan Tju Fuan, kelahiran Ujungpandang, 2 Februari 1934. Tapi semua koran mengutip: Eddy Tansil, terlahir Tan Tjoe Hong, 2 Februari 1953.

Nah, kalau satu nama berbunyi Fuan, yang lain Hong, itu semata karena soal dialek. Tapi bagaimana dengan usia Eddy? Dari pancaran wajahnya, Eddy belumlah 50 tahun. Tapi kalau betul ia lahir tahun 50-an, tentu ia masih sangat muda ketika meninggalkan sebuah universitas di Singapura.

Diduga, ia tidak menuntaskan kuliah di sana. Tapi bisa dipastikan, sejak itu Eddy langsung terjun ke kancah bisnis. Ada yang menduga, usianya kini sekitar 46 tahun.

Eddy merintis usaha sebagai agen tunggal pemegang merek Bajaj, Tunas Bekasi Motor, pada awal tahun 70-an. Bersama ayahnya, Harri Tansil alias Tan Tek Hoat, ia membangun industri perakitan kendaraan bermotor teknologi India itu di daerah Tambun, Bekasi. Saat itu sedang ramai kampanye daerah bebas becak, dan Eddy melihat peluang: menyulap motor ''vespa'' itu menjadi kendaraan umum roda tiga. Ia sukses. ''Bisnis empuk,'' katanya mengenang masa-masa emas itu.

Maklum, pemasaran Bajaj juga dimonopoli olehnya. Eddy menjual Bajaj dengan kredit ringan, bahkan mengusahakan kredit investasi kecil (KIK) bagi pembelinya. Orang pun berebut mengganti becaknya dengan Bajaj. Dan kantor Eddy di Pecenongan segera saja dipenuhi ahli Bajaj yang didatangkan langsung dari India.

Advertising
Advertising

Pada puncak masa jayanya itu, Eddy mengambil alih perusahaan perakit sepeda motor Kawasaki. Tak jelas berapa besar investasinya di situ, tapi kabarnya ia sempat berutang US$ 25 juta kepada BCA demi si Kawasaki.

Karena terlalu menggebu barangkali, ia tidak memperhitungkan perubahan kebijakan Pemerintah. Tak lama setelah Eddy mengambil Kawasaki, Pemerintah melarang mobil roda tiga sebagai kendaraan umum. Produksi Bajaj dihentikan, sementara Kawasaki dengan Binternya tersendat di pasaran -- kalah bersaing dengan Suzuki dan Honda.

Awal 1980, Tunas Bekasi bangkrut. Utangnya di BCA tak terbayar. Delapan tahun kemudian, ia harus melepaskan pabrik perakitan di Tambun ke pemilik BCA, Liem Sioe Liong. Pabrik itu juga yang menjadi cikal bakal pusat otomotif terpadu milik Indomobil Group.

Tapi usaha Eddy tak sampai kolaps. Ia masih sempat menyelamatkan industri moulding dan diesnya, PT Materindo Supra Metal Works. Pabrik penghasil cetakan baja pres ini kelak menjadi salah satu tulang punggung kerajaan bisnis Eddy Tansil.

Kecuali itu, pada tahun 1983 Eddy memboyong Beck's Beer dari Bremen ke Bogor, Jawa Barat. Bir cap kunci itu memang sedang populer di Eropa. Bahkan ''negeri bir'' Amerika Serikat pun dibanjiri produk Jerman ini. Berdasarkan rekor itu, Eddy mengadu peruntungan baru.

Dengan modal awal Rp 2 miliar, ia mendirikan PT Rimba Subur Sejahtera (RSS), berkongsi dengan Koesno Achzan Jein, pensiunan mayor jenderal Angkatan Darat yang sejak itu menjadi mitranya. Ia mendatangkan mesin baru, tenaga penyelia, bahan baku malt, bahkan ragi khusus langsung dari Jerman. Pabriknya semua terkomputerisasi, dan bisa dibilang tercanggih di Asia Tenggara.

Pendeknya, Bir Kunci van Bogor 100% seperti aslinya di Bremen. Tak hanya itu. Untuk menerobos pagar persaingan yang ketat, Eddy mendirikan dua distributor: Terang Meteor Cahaya dan Sinar Beck Birindo. Dengan persiapan yang demikian rapi, ia yakin bakal sukses. ''Kita tak melihat tantangan besar yang tak dapat diatasi,'' kata Koesno, yang dipercaya sebagai direktur utama di hampir semua perusahaan Eddy Tansil. November 1986, Bir Kunci mulai diproduksi. Dengan optimistis duet Eddy-Koesno membanjiri pasar 25 juta liter bir per tahun, hampir sepertiga dari total produksi nasional saat itu.

Tapi lidah Indonesia agaknya tak sama dengan Jerman atau Amerika. Konsumen tak mudah membanting seleranya pada produk bir baru. Kendati sempat dijuluki ''bir mewah'', si Kunci tak lama bertahan. Hanya dalam dua tahun, Eddy terpaksa menutup produksi bir kunci di Indonesia.

Tapi ia tidak jera. Semua mesin pembuat bir ia boyong ke Fujian. Di provinsi Cina Daratan itu, ia mengolah bir dengan merek sama. Dan menurut sumber yang mengetahui, Eddy sukses besar sampai-sampai dijuluki ''Bapak Bir Fujian''.

Sukses ini membuat ia dilirik seorang kenalan lama, Menteri Tenaga Kerja Sudomo -- kini Ketua DPA. Pak Menteri ini teman dekat ayah Eddy. Kata Sudomo, ''Daripada tanam modal di negeri orang, apa tak lebih baik di Indonesia?''

Dengan dukungan Sudomo, Eddy membawa pulang hoki bir kunci dari Fujian dengan menamakan holding-nya sebagai Golden Key, si kunci emas.

Sudomolah yang menyarankan Eddy memasuki industri petrokimia. Alasannya, prospeknya cerah. Karena itu, pada tahun itu juga, 1987, Golden Key mengajukan izin untuk sejumlah proyek. Ada enam industri petrokimia dan satu perusahaan komponen elektronik yang lolos. Total investasinya mencapai setengah trilun rupiah.

Dari tujuh proyek, baru dua yang dibangun: Glasfibindo Indah, penghasil 5.000 ton kaca serat saban tahun, dan PT Sukma Beta Sempurna, produsen printed circuit board (PCB). Glasfibindo, satu-satunya penghasil kaca serat di negeri ini, sejak empat tahun lalu sudah mengekspor sebagian produknya ke Taiwan dan Korea.

Tapi, lima proyek petrokimia lainnya batal, termasuk industri carbon black, styrene butadiene rubber, dan ethylene glycol. Beberapa proyek ''prestisius'' yang pernah diajukannya juga terhenti sampai izin BKPM saja. Ada apa? Penyebab utama agaknya ini: industri kimia sudah dikuasai produsen raksasa yang punya modal dan kongsi superkuat. Dan Eddy terjepit di antara lawan-lawan yang bukan kelasnya.

Dalam industri PTA tadi, di luar Pertamina Plaju, setidaknya ada tiga raksasa yang sedang membangun industri bahan baku serat sintetis polyester. Mereka adalah Bakrie Brothers (berkongsi dengan Mitsubishi Corp.), lalu Salim Group yang menggandeng Amoco Chemical Company dari Amerika, dan Humpuss Grup milik Tommy Soeharto.

Untung, Eddy sempat mengendalikan ambisinya. Tapi, untuk proyek styrene monomer (bijih plastik) yang kini diributkan macet, ia ngotot.

Rencananya, Eddy melalui PT Graha Swakarsa Prima akan menanam investasi sekitar Rp 450 miliar untuk menghasilkan bahan baku plastik 120 ribu ton. Padahal, tiga tahun sebelumnya, Bimantara, yang didukung jaringan pemasaran Toyo Menka (Jepang) dengan teknologi Mosanto Lummus (Amerika), juga membangun industri yang sama.

Pabrik Bimantara justru jauh lebih murah. Investasinya cuma Rp 200 miliar, tapi sudah menghasilkan 100 ribu ton setahun. Dan di luar Bimantara masih ada Risyad Brasali Styrindo milik Ibrahim Risyad dan Polichem Indonesia.

Melihat persaingan seperti itu, kalaupun proyek-proyek Golden Key nanti berdiri dan berproduksi, masih perlu dipertanyakan, apakah ia mampu melewati tahap persaingan yang berat. Tak cuma itu. Golden Key murni PMDN. Ia tak punya partner bisnis yang kuat untuk mendukung pemasaran di luar negeri.

Apalagi kalau mengingat proyeknya telah mengalami banyak hambatan. Peralatan yang dipesannya dari Sinopec itu, misalnya, tak bisa dipakai karena gagal mencapai spesifikasi lisensi dari Union Carbide Coorporation Program. Karena itu, Eddy terpaksa ganti partner dan proyeknya tertunda cukup lama. Akibatnya, jadwal cicilan utangnya pun ikut tertunda. Dan seperti yang dipersoalkan oleh DPR: macet.

Berita terkait

5 Fakta Manuver Partai Politik Pasca Putusan MK: Dukung Pemerintahan Prabowo hingga Masih Mengambang

2 menit lalu

5 Fakta Manuver Partai Politik Pasca Putusan MK: Dukung Pemerintahan Prabowo hingga Masih Mengambang

Pasca Putusan MK, Sekjen PKS menyebut, PKS ingin berbuat sesuatu bagi bangsa Indonesia setelah dua periode atau 10 tahun berada di luar pemerintahan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Percaya Bahlil Pimpin Satgas Gula dan Bioetanol, Ini 7 Tugas Pokoknya

5 menit lalu

Jokowi Percaya Bahlil Pimpin Satgas Gula dan Bioetanol, Ini 7 Tugas Pokoknya

Presiden Jokowi tunjuk Menteri Investasi Bahlil Lahadalia sebagai Ketua Satgas Gula dan bioetanol. Apa saja tugas-tugasnya?

Baca Selengkapnya

Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024, Witan Sulaeman: Kami Akan Berjuang Lebih Keras

6 menit lalu

Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024, Witan Sulaeman: Kami Akan Berjuang Lebih Keras

Timnas U-23 Indonesia, Witan Sulaeman, merasa percaya diri untuk menghadapi Uzbekistan U-23 pada semifinal Piala Asia U-23 2024.

Baca Selengkapnya

Kapolri Diminta Usut Kematian Brigadir RA, Teman Merasa Ada yang Janggal, Teringat Kasus Ferdy Sambo

24 menit lalu

Kapolri Diminta Usut Kematian Brigadir RA, Teman Merasa Ada yang Janggal, Teringat Kasus Ferdy Sambo

Kematian Brigadir Ridhal Ali Tomi atau Brigadir RA menjadi perhatian. Sahabatnya teringat kasus kematian Brigadir J yang dibunuh Ferdy Sambo

Baca Selengkapnya

Kemenag Luncurkan Gerakan Senam Haji Jaga Ketahanan Fisik Jemaah

26 menit lalu

Kemenag Luncurkan Gerakan Senam Haji Jaga Ketahanan Fisik Jemaah

Gerakan Senam Haji dikemas untuk menjaga kebugaran dan ketahanan fisik jemaah.

Baca Selengkapnya

Sekolah di Bangladesh Dibuka Kembali Walau Gelombang Panas

27 menit lalu

Sekolah di Bangladesh Dibuka Kembali Walau Gelombang Panas

Perubahan iklim telah berkontribusi pada gelombang panas yang semakin sering, semakin buruk dan semakin panjang selama musim panas di Bangladesh.

Baca Selengkapnya

Timnas Indonesia Dapat Dukungan Rp 23 Miliar dari Pengusaha, Erick Thohir: Sepak Bola Pemersatu Bangsa

45 menit lalu

Timnas Indonesia Dapat Dukungan Rp 23 Miliar dari Pengusaha, Erick Thohir: Sepak Bola Pemersatu Bangsa

Timnas Indonesia mendapat dukungan finansial Rp 23 miliar dari para pengusaha yang diinisiasi oleh Kadin Indonesia Komite Tiongkok (KIKT)

Baca Selengkapnya

Minta Parpol Pendukung Anies dan Ganjar Tak Gabung KIM, Pengamat: Hormati Suara Rakyat yang Tak Pilih Prabowo-Gibran

58 menit lalu

Minta Parpol Pendukung Anies dan Ganjar Tak Gabung KIM, Pengamat: Hormati Suara Rakyat yang Tak Pilih Prabowo-Gibran

Ray Rangkuti menyinggung partai non-koalisi KIM yang hendak bergabung dengan pemerintahan Prabowo-Gibran. Hal itu dianggap tidak menghormati rakyat

Baca Selengkapnya

Prediksi Cuaca BMKG untuk Jabodetabek Hari Ini, Waspada Potensi Hujan di Mana?

1 jam lalu

Prediksi Cuaca BMKG untuk Jabodetabek Hari Ini, Waspada Potensi Hujan di Mana?

BMKG memprediksi seluruh wilayah Jakarta memiliki cuaca cerah berawan sepanjang pagi ini, Senin 29 April 2024.

Baca Selengkapnya

Hasil Proliga 2024: Giovanna Milana Menang Lagi, Bantu Jakarta Pertamina Enduro Kalahkan Gresik Petrokimia

1 jam lalu

Hasil Proliga 2024: Giovanna Milana Menang Lagi, Bantu Jakarta Pertamina Enduro Kalahkan Gresik Petrokimia

Tim bola voli putri Jakarta Pertamina Enduro memberi kekalahan kedua untuk Gresik Petrokimia Pupuk Indonesia di Proliga 2024.

Baca Selengkapnya