Petugas memantau titik api melalui layar pemantau di Posko Kebakaran Lahan dan Hutan di Manggala Wanabakti, Jakarta, 22 September 2015. Pembakaran lahan secara ilegal ini telah mengakibatkan kebakaran hutan dan kabut asap di Riau dan Kalimantan. TEMPO/Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Jefman, Kota Sorong, Papua Barat, mencatat ada 40 titik kebakaran hutan yang terdeteksi oleh satelit.
"Titik kebakaran hutan terbanyak yang menimbulkan kabut asap tebal di Kabupaten Fakfak sebanyak 27 titik," kata Kepala BMKG Stasiun Jefman Frans Rahawarin di Sorong, Jumat, 23 Oktober 2015.
Selain di Kabupaten Fakfak, ucap dia, titik api terdapat di daerah lain, yakni Kabupaten Kaimana sebanyak 6 titik, Sorong 2 titik, Sorong Selatan 2 titik, Teluk Wondama 2 titik, dan Tambrauw 1 titik.
Ia berujar, titik panas ini akan terus bertambah. Hal itu akan mengganggu kesehatan masyarakat akibat kabut asap yang muncul jika tidak di atasi secepatnya.
Karena itu, dia berharap pemerintah setempat berkoordinasi dengan BMKG untuk memadamkan titik-titik api tersebut.
Pihaknya juga mengimbau masyarakat agar tidak melakukan pembakaran lahan dan hutan untuk mengurangi kebakaran hutan yang menyebabkan polusi udara.
Ia menuturkan kebakaran hutan di Kabupaten Sorong, Sorong Selatan, Fakfak, Kaimana, Tambrauw, dan Teluk Wondama mengakibatkan kabut asap menyelimuti Kota Sorong dan sekitarnya, sehingga jarak pandangnya menurun.
Adapun kabut asap tersebut dapat teratasi dengan dua cara, yakni pemadaman pada titik-titik kebakaran hutan oleh manusia dan guyuran hujan. Namun hujan diprediksi baru terjadi pada November nanti.