Pengusaha Batik di Solo Mulai Kurangi Jam Kerja

Reporter

Editor

Zed abidien

Jumat, 18 September 2015 06:29 WIB

Pekerja menjemur batik di kawasan home industri Plupuh Kalijambe, Seragen, Solo, Jawa Tengah. TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Surakarta - Para pengusaha batik tradisional yang ada di Kota Solo memilih mengurangi jam kerja untuk mengurangi ongkos produksi. Selain terkena dampak dari tingginya nilai tukar dolar Amerika Serikat, mereka juga menghadapi masalah menurunnya volume penjualan sejak beberapa bulan terakhir.

Sekretaris Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan, Gunawan Muhammad Nizar, mengatakan penurunan omzet mulai terasa sejak awal tahun lalu. "Sejak munculnya aturan pegawai negeri dilarang rapat di hotel," kata Nizar, Kamis, 17 September 2015. Namun, sepinya pembeli masih terus terjadi meski aturan tersebut sudah dicabut.

Belum lagi pulih, para perajin batik kembali dihajar oleh tingginya nilai tukar dolar AS atas rupiah. Kondisi itu membuat ongkos produksi para perajin membengkak. "Zat kimia yang digunakan dalam proses membatik merupakan barang impor," kata Nizar.

Menurut Nizar, para perajin harus mengeluarkan biaya produksi 30 persen lebih besar dari biasanya lantaran kenaikan harga zat-zat kimia, terutama bahan pewarna. Di sisi lain, mereka tidak berani menaikkan harga produk batik terlalu tinggi lantaran lesunya penjualan.

"Harga produk batik hanya naik sekitar 10 persen," ujar Nizar. Para perajin memilih untuk memangkas keuntungan dibanding menaikkan harga produk batik terlampau tinggi. Mereka khawatir pembeli semakin sepi jika harga dinaikkan terlampau tinggi.

Selain itu, para perajin juga harus mengurangi jam kerja para buruh batik untuk menekan ongkos produksi, terutama buruh canting dan buruh cap. "Sehari masuk, sehari libur," katanya. Tentu saja penghasilan buruh canting dan cap merosot hingga 50 persen. "Bayaran mereka dihitung berdasar helai kain yang dikerjakan."

Kondisi yang sama juga dirasakan oleh perajin di sentra kerajinan batik Kauman. "Jam kerja memang dikurangi meski tidak separah di Laweyan," kata Koordinator Kampung Batik Kauman, Gunawan Setyawan. Mereka tetap meminta buruhnya untuk masuk tiap hari. "Hanya jam kerjanya memang dipangkas," katanya.

Dia mengakui bahwa perajin batik menghadapi masalah dengan naiknya harga bahan kimia yang digunakan dalam proses batik. "Terutama memang pewarna," kata Setyawan. Namun, pihaknya memiliki strategi lain untuk menekan ongkos produksi.

"Salah satunya, kami semakin mengintensifkan penggunakan pewarna alam," ujar Setyawan. Pewarna tersebut dibuat dari tumbuhan, misalnya tanaman indigo serta kunyit. Batik dengan pewarna alam juga memiliki segmen pembeli khusus.

Hanya, memasarkan batik pewarna alam diakui memang tidak mudah. "Warnanya memang kurang cerah," katanya. Para pedagang batik juga harus melakukan edukasi terlebih dahulu kepada pembeli mengenai keunggulan penggunaan pewarna alam, terutama dari sisi lingkungan.

AHMAD RAFIQ













Berita terkait

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

2 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

95 Persen Pakai Bahan Baku Lokal, Unilever Tak Terdampak Pelemahan Rupiah

7 hari lalu

95 Persen Pakai Bahan Baku Lokal, Unilever Tak Terdampak Pelemahan Rupiah

Unilever Indonesia mengaku tak terlalu terdampak dengan pelemahan rupiah karena mayoritas bahan baku mereka berasal dari dalam negeri.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

7 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

9 hari lalu

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

Yusuf Wibisono menilai bukan putusan MK yang memberi pengaruh terhadap nilai tukar rupiah, melainkan konflik geopolitik dan kebijakan The Fed.

Baca Selengkapnya

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

9 hari lalu

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

Kendati terjadi pelemahan rupiah, Airlangga mengklaim rupiah masih lebih baik dibanding mata uang lain. IHSG juga diklaim lebih baik dari negara lain.

Baca Selengkapnya

Bos BCA Ungkap Penyebab Pelemahan Rupiah, Mulai dari Dividen hingga Impor Bahan Baku

9 hari lalu

Bos BCA Ungkap Penyebab Pelemahan Rupiah, Mulai dari Dividen hingga Impor Bahan Baku

Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja menilai pelemahan rupiah bukan hanya karena konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

9 hari lalu

Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

Konflik Timur Tengah ini dikhawatirkan akan bereskalasi menjadi perang yang lebih besar. Nilai tukar rupiah semakin melemah.

Baca Selengkapnya

Studi Peminum Ciu di Surakarta, Mayoritas Islam Abangan

47 hari lalu

Studi Peminum Ciu di Surakarta, Mayoritas Islam Abangan

Pemilik pabrik ciu di Surakarta bahkan didapati sudah menjalani ibadah Haji.

Baca Selengkapnya

Istana Tegaskan Presiden Jokowi Terus Dorong Penguatan KPK

1 Desember 2023

Istana Tegaskan Presiden Jokowi Terus Dorong Penguatan KPK

Ari Dwipayana menyebut semua pihak termasuk Presiden Jokowi berharap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjalankan fungsinya dengan baik.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Sebut Pelemahan Rupiah Bisa Untungkan Eksportir

27 Oktober 2023

Wamenkeu Sebut Pelemahan Rupiah Bisa Untungkan Eksportir

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika bisa menguntungkan para eksportir.

Baca Selengkapnya