Saham Tokyo Terpukul, Cina dan AS Naikkan Suku Bunga

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Kamis, 10 September 2015 21:00 WIB

Wanita mengenakan kimono berpose di depan papan harga saham pada upacara pembukaan perdagangan saham hari pertama di tahun baru di Bursa Efek Tokyo, Jepang, 5 Januari 2015. AFP/Kazuhiro Nogi

TEMPO.CO, Jakarta - Saham-saham Tokyo ditutup turun 2,51 persen pada Kamis, 10 September 2015, terpukul oleh kekhawatiran tentang Cina dan dampak kemungkinan kenaikan suku bunga AS, sehari setelah membukukan lompatan satu hari terbesar dalam tujuh tahun.

Indeks Nikkei 225 di Bursa Efek Tokyo jatuh 470,89 poin menjadi berakhir pada 18.299,62.

Indeks Topix dari seluruh saham papan utama merosot 1,85 persen, atau 27,85 poin, menjadi 1.479,52.

Nikkei melonjak 7,71 persen pada Rabu karena investor memburu saham-saham murah menyusul kerugian baru-baru ini, dengan optimisme didukung harapan untuk pelonggaran lebih besar pemerintah Cina dan perdana menteri Jepang mengulangi kembali janji untuk memotong pajak perusahaan.

Toshihiko Matsuno, kepala strategi SMBC Friend Securities di Tokyo, mengatakan bahwa para investor tertarik untuk melihat apakah kebijakan lebih lanjut Beijing akan meningkatkan ekonominya yang sedang melambat dan memperhalus gejolak pasar.

"Tetapi jika Cina tidak maju dengan kebijakan-kebijkan baru, investor tidak dapat membuat langkah menentukan. Ini akan sulit bagi pasar untuk benar-benar pulih," tambahnya.

Kementerian Keuangan Cina pekan ini mengatakan akan mempercepat proyek-proyeks konstruksi besar, mendorong modal swasta untuk berinvestasi di bidang-bidang penting serta memotong pajak untuk usaha kecil dan menengah guna mendukung pertumbuhan.

Dan pada Rabu,9 September 2015, Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang mengatakan pemerintah mampu mempertahankan pertumbuhan yang tinggi, dalam upaya untuk membendung kekhawatiran tentang krisis terbaru, yang telah mengirimkan guncangan melalui pasar global.

"Ini akan menjadi proses yang menyakitkan dan berbahaya," kata Li dalam pidatonya untuk pertemuan Forum Ekonomi Dunia di kota timur laut Dalian.

"Jadi pasang surut dalam kinerja ekonomi hampir tidak dapat dihindari", Li menambahkan, menyebut itu "alami" selama masa perubahan.

"Tiongkok bukan sumber risiko bagi perekonomian dunia tapi sumber kekuatan bagi pertumbuhan global."

Juga pada Kamis, Jepang melaporkan penurunan 3,6 persen dalam pesanan alat permesinan untuk Juli, penurunan kedua berturut-turut, menggarisbawahi pelambatan dalam pengeluaran modal dan pelemahan yang lebih luas di ekonomi nomor tiga dunia itu.

Pada perdagangan saham, Sony naik 0,62 persen menjadi 3.133 yen, sementara Toyota turun 4,21 persen menjadi 7.150 yean, dan emiten kelas berat Fast Retailing, operator jaringan toko pakaian Uniqlo, jatuh 5,63 persen menjadi 46.925 yen.

Pembuat robotika pabrik Fanuc turun 0,63 persen menjadi 20.440 yen, karena pesanan alat mesin lemah menekuk harapan bahwa perusahaan-perusahaan akan berinvestasi lebih banyak dalam operasi mereka.

Di pasar uang, dolar menguat terhadap yen pada Kamis sore, setelah anggota parlemen partai yang berkuasa di Jepang mengatakan kepada Bloomberg News bahwa bank sentral negara itu akan memperluas program pelonggaran moneter.

Greenback naik menjadi 120,70 yen dari 120,54 yen di New York, demikian AFP melaporkan.

ANTARA

Berita terkait

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

7 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

12 hari lalu

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?

Baca Selengkapnya

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

44 hari lalu

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

BEI akan menerapkan mekanisme perdagangan lelang berkala secara penuh atau full call auction di Papan Pemantauan Khusus pada Senin pekan depan.

Baca Selengkapnya

Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun

25 Februari 2024

Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun

Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.

Baca Selengkapnya

Microsoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI

30 Januari 2024

Microsoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI

Para investor sepakat bahwa Microsoft berkembang jauh lebih signifikan dibanding Apple, bahkan untuk lima tahun ke depan.

Baca Selengkapnya

Israel Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober

5 Desember 2023

Israel Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober

Israel sedang menyelidiki klaim peneliti AS bahwa beberapa investor mungkin telah mengetahui sebelumnya tentang rencana serangan Hamas

Baca Selengkapnya

Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual

4 Desember 2023

Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.

Baca Selengkapnya

BEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham

30 November 2023

BEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham

Dari sisi transaksi bursa karbon tercatat sudah ada lebih dari 490 ribu ton dengan nilai harga jual karbon terakhir senilai Rp 59.200.

Baca Selengkapnya

2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun

26 Oktober 2023

2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membidik rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada tahun 2024 sebesar Rp 12,25 triliun pada tahun 2024.

Baca Selengkapnya

Transaksi Harian Jeblok 29 Persen, BEI: Ada Shifting Investasi dengan New Normal

7 Oktober 2023

Transaksi Harian Jeblok 29 Persen, BEI: Ada Shifting Investasi dengan New Normal

Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan alasan nilai transaksi harian di pasar modal Indonesia yang jeblok dibandingkan tahun lalu.

Baca Selengkapnya