Ilustrasi kurs rupiah dan mata uang Indonesia. Getty Images
TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Selasa pagi melemah dan bergerak turun tujuh poin dari posisi terakhir menjadi 14.273 per dolar Amerika Serikat.
Ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, mengatakan nilai tukar rupiah kembali melemah mengikuti pelemahan mata uang lain terhadap dolar AS di pasar global bersama ketidakpastian rencana kenakan suku bunga The Federal Reserve Amerika Serikat.
"Ketidakpastian kenaikan suku bunga The Fed menjadi salah satu pendorong nilai tukar rupiah kembali mengalami depresiasi terhadap dolar AS," katanya.
Selain itu, dia mengatakan, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih melambat menambah sentimen negatif terhadap rupiah. Melambatnya perekonomian Indonesia mendorong aliran dana asing keluar dari pasar keuangan di dalam negeri.
"Pemerintah yang berencana menerbitkan beberapa peraturan sebagai stimulus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, secara umum efektivitasnya masih diragukan pasar selama serapan anggaran belum membaik," katanya.
Namun, menurut dia, Bank Indonesia masih menjaga nilai tukar rupiah. "Tanpa intervensi, rupiah berpeluang kembali melemah lebih dalam, apalagi harga komoditas dunia turun," katanya.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, menambahkan, peluang rupiah kembali menguat masih terbuka tapi sifatnya terbatas karena faktor teknikal. Sebab, secara fundamental, ekonomi Indonesia belum mendukung penguatan nilai tukar rupiah.
"Ekonomi yang masih melambat masih menjadi salah satu faktor penahan bagi nilai tukar rupiah untuk menguat secara fundamental," katanya.