Ekonomi Global Melambat, Menteri Bambang: Kondisinya Berat

Reporter

Senin, 7 September 2015 19:07 WIB

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro saat menggelar jumpa pers di Jakarta, 2 Juli 2015. ANTARA/Vitalis Yogi Trisna

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyatakan kondisi perekonomian global memang sedang menurun. Kondisi tersebut, menurut Bambang, tergambarkan saat dia menghadiri pertemuan G20 di Ankara, Turki. "Boleh dibilang mood tidak menyenangkan. Tidak ada satu negara pun yang bilang tahun ini ada harapan," kata Bambang saat rapat kerja dengan Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta, Senin 7 September 2015.

Negara-negara yang hadir, ujar Bambang, sepakat pada 2015 ini tidak ada pertumbuhan perekonomian. Kondisi tersebut, ia menambahkan juga menerpa Eropa dan Jepang. "Kondisi ekonomi global berat," kata mantan Wakil Menteri Keuangan itu.

Dalam kondisi saat ini, kata Bambang, Amerika Serikat masih mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga acuan. International Monetery Fund menyarankan Negeri Abang Sam untuk merealisasikan rencana itu pada 2016. "IMF juga minta agar naikkan bunga tidak tinggi supaya tidak berdampak ke negara kecil," ujar Bambang.

Melemahnya kondis perekonomian global, Bambang mengatakan, juga mempengaruhi nilai jual komoditas. Ditambah lagi dengan rendah harga minyak mentah dunia. Harga komoditas ini pernah menyentuh US$ 40 per barel. "Kalau membaik pun sedikit."

Meski adanya rencana The Fed menaikkan suku bunga acuan dan devaluasi yuan Cina, Bambang mengatakan IMF optimistis pertumbuhan di 2016 sebesar 3.8 persen. Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan 2014 dan 2015. "IMF selalu pasang tinggi, tapi setelah itu diturunkan," ujarnya.

Edi Susianto, Direktur Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia mengatakan pasar keuangan Indonesia mengalami tekanan besar setelah dihantam krisis di tahun 2008. Edi menilai hal itu dikarenakan kurangnya persiapan untuk merespon shock dari dalam maupun luar negeri. “Pasar keuangan kita masih jauh dari posisi likuid, efisien, dan dalam,” katanya dalam Seminar Financial Deeping di Ritz Carlton, Jakarta, Senin 7 September 2015.

Struktur pasar bursa nasional pun dianggapnya masih tidak seimbang. Kurangnya supply terlihat dari hampir 80 persen pasar bursa diisi oleh spot market yang rentan akan guncangan. Sementara itu, transaksi antar bank juga masih didominasi oleh transaksi yang tidak aman. Hanya 15-20 bank yang tercatat telah berkomitmen mengembangkan transaksi REPO (Repurchase Agreement), sedangkan 100-an sisanya masih belum.

Bank Indonesia memiliki perhatian yang besar terhadap financial deeping. Ketidakseimbangan dalam supply tersebut menurut Edi menjadi tantangan bagi stakeholder terkait termasuk Bank Indonesia untuk memperkecil tingkat kerentanan pasar.

SINGGIH SOARES | GHOIDA RAHMAH

Berita terkait

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

1 hari lalu

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sedang menjadi sorotan publik karena sejumlah kasus dan disebut tukang palak. Berapa pendapatan pegawai Bea Cukai?

Baca Selengkapnya

Bambang Brodjonegoro Menjadi Komisaris Independen Astra

1 hari lalu

Bambang Brodjonegoro Menjadi Komisaris Independen Astra

PT Astra International Tbk. (ASII) menetapkan jajaran komisaris dan direksi baru.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

5 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Raup Rp 5,925 Triliun dari Lelang SBSN Tambahan

7 hari lalu

Pemerintah Raup Rp 5,925 Triliun dari Lelang SBSN Tambahan

Pemerintah meraup Rp 5,925 triliun dari pelelangan tujuh seri SBSN tambahan.

Baca Selengkapnya

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

8 hari lalu

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

Kementerian Keuangan antisipasi dampak penguatan dolar terhadap neraca perdagangan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Estafet Keketuaan ASEAN 2024, Pemerintah RI Beri Hibah Rp 6,5 Miliar ke Laos

27 hari lalu

Estafet Keketuaan ASEAN 2024, Pemerintah RI Beri Hibah Rp 6,5 Miliar ke Laos

Pemerintah RI menyalurkan bantuan Rp 6,5 M kepada Laos untuk mendukung pemerintah negara tersebut sebagai Keketuaan ASEAN 2024.

Baca Selengkapnya

21 Tahun Museum Layang-Layang Indonesia Mengabadikan Layangan dari Masa ke Masa

39 hari lalu

21 Tahun Museum Layang-Layang Indonesia Mengabadikan Layangan dari Masa ke Masa

Museum Layang-Layang Indonesia memperingati 21 tahun eksistensinya mengabadikan kebudayaan layangan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Pembatasan Ketat Barang Bawaan Impor Banyak Dikeluhkan, Ini Reaksi Kemenkeu

48 hari lalu

Pembatasan Ketat Barang Bawaan Impor Banyak Dikeluhkan, Ini Reaksi Kemenkeu

Kemenkeu memastikan aspirasi masyarakat tentang bea cukai produk impor yang merupakan barang bawaan bakal dipertimbangkan oleh pemerintah.

Baca Selengkapnya

KPK Serahkan Barang Rampasan Hasil Perkara Korupsi ke Enam Instansi Pemerintah

50 hari lalu

KPK Serahkan Barang Rampasan Hasil Perkara Korupsi ke Enam Instansi Pemerintah

KPK menyerahkan barang rampasan negara hasil perkara tindak pidana korupsi kepada enam instansi pemerintah.

Baca Selengkapnya

Apa Itu SPT Tahunan?

55 hari lalu

Apa Itu SPT Tahunan?

SPT Tahunan adalah surat yang digunakan WP untuk melaporkan perhitungan atau pembayaran pajak, objek pajak, bukan objek pajak, harta, dan kewajiban.

Baca Selengkapnya