Pelambatan Ekonomi Cina Melebihi Dugaan IMF  

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Kamis, 3 September 2015 11:08 WIB

Direktur Operasional IMF, Christine Lagarde saat konfrensi press di Istana Merdeka, Jakarta, 1 September 2015. MF menilai Indonesia memiliki kemampuan untuk bertahan menghadapi ketidakpastian ekonomi global akibat kebijakan-kebijakan yang diambil Amerika Serikat dan China. Tempo/ Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Pelambatan ekonomi Cina memiliki dampak yang lebih luas terhadap ekonomi global dari yang diperkirakan, terutama pada pasar negara-negara yang ekonominya sedang tumbuh menurut Dana Moneter Internasional (IMF).

Dalam laporan untuk pertemuan para kepala keuangan Kelompok 20 (G20) pekan ini di Ankara, Turki, IMF mengatakan gejolak di Cina dan faktor-faktor lain seperti pembalikan arus modal meningkatkan risiko terhadap pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia.

IMF memperingatkan bahwa negara-negara maju dan berkembang perlu terus mendorong permintaan dengan reformasi dan investasi untuk memastikan bahwa turbulensi di pasar dan masalah Tiongkok tidak memperlemah kegiatan ekonomi di seluruh dunia.

"Transisi Tiongkok ke pertumbuhan yang lebih rendah, sementara secara luas sejalan dengan perkiraan, tampaknya memiliki dampak lintas batas lebih besar dari yang dibayangkan sebelumnya, tercermin dalam melemahnya harga komoditas dan harga saham," kata IMF.

Terutama, menurut lembaga itu, "risiko penurunan jangka pendek untuk negara-negara berkembang telah meningkat" dari kejatuhan terkait Tiongkok, harga komoditas yang merosot, dolar AS yang kuat, dan pembalikan tajam di pasar keuangan."

Laporan yang akan digunakan untuk diskusi pada pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari ekonomi terkemuka G20 pada Jumat dan Sabtu, tidak merevisi perkiraan IMF sebelumnya untuk pertumbuhan global tahun ini di 3,3 persen.

Tetapi awal pekan ini Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengatakan di Jakarta, bahwa pertumbuhan global akan "kemungkin lebih lemah" dari perkiraan.

"Sekarang situasi berubah lagi, dan kita semua merasakan dampak dari penyeimbangan kembali Tiongkok dan perpindahannya ke model bisnis yang direvisi," katanya.

Laporan itu mengungkapkan berlanjutnya keyakinan bahwa pertumbuhan sedang "rendah" di negara-negara maju pada paruh kedua 2015 dan 2016, ditambag dampak harga minyak yang lebih murah.

Tetapi penurunan tajam harga minyak, bersama dengan komoditas lainnya, merugikan pasar negara-negara yang ekonominya sedang tumbuh, dan mereka sedang diterpa dampak devaluasi mata uang renminbi Tiongkok dan dolar yang kuat.

Penguatan dolar AS, IMF memperingatkan, bisa mengambil korban pada perusahaan-perusaaan dengan tanggungan dolar AS.

IMF menyoroti peningkatan risiko pertumbuhan global secara keseluruhan: bahwa Tiongkok tidak akan menghadapi pelambatannya dengan kebijakan pendukung pertumbuhan; bahwa harga komoditas akan meluncur lebih jauh; bahwa dolar AS akan terus meningkat; dan bahwa perusahaan akan menderita karena utang yang lebih tinggi.

"Materialisasi simultan dari beberapa risiko ini akan menyiratkan banyak prospek lebih lemah," kata Dana.

IMF merekomendasikan negara-negara maju menerapkan kebijakan-kebijakan moneter sangat longgar dan mempertahankan "pertumbuhan yang ramah" kebijakan fiskal.

Lembaga itu juga menekankan reformasi struktural yang akan membebaskan berbagai pasar dan mendorong investasi serta konsumsi.

Di negara-negara yang ekonominya sedang tumbuh, pilihannya lebih keras, dan para pemimpin "harus menerapkan sebuah keseimbangan yang tepat antara mendorong pertumbuhan dan mengelola kerentanan", demikian seperti dilansir kantor berita AFP.

ANTARA

Berita terkait

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

2 hari lalu

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

Menteri Keuangan Sri Mulyani menemui Wakil Presiden Maruf Amin untuk melaporkan hasil pertemuan IMF-World Bank Spring Meeting dan G20 yang saya hadiri di Washington DC. pekan lalu. Dalam pertemuan itu, Sri Mulyani pun membahas mitigasi dampak geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Dampak Serangan Houthi, Volume Perdagangan Lewat Terusan Suez Anjlok hingga 50 Persen

54 hari lalu

Dampak Serangan Houthi, Volume Perdagangan Lewat Terusan Suez Anjlok hingga 50 Persen

Volume perdagangan lewat Terusan Suez turun hingga 50 persen dalam dua bulan pertama 2024 akibat serangan Houthi.

Baca Selengkapnya

Profil Shehbaz Sharif, Dua Kali Pemenang Posisi Perdana Menteri Pakistan

59 hari lalu

Profil Shehbaz Sharif, Dua Kali Pemenang Posisi Perdana Menteri Pakistan

Shehbaz Sharif, yang kembali menjabat perdana menteri Pakistan untuk kedua kali, telah memainkan peran penting dalam menyatukan koalisi yang berbeda.

Baca Selengkapnya

Setelah Bertemu Para Menkeu, Sri Mulyani Berkunjung ke Pasar dan Museum di Brasil

59 hari lalu

Setelah Bertemu Para Menkeu, Sri Mulyani Berkunjung ke Pasar dan Museum di Brasil

Menteri Keuangan Sri Mulyani menghabiskan sisa waktunya di So Paulo Brasil dengan mengunjungi museum dan pasar. Begini cerita perjalanannya.

Baca Selengkapnya

Shehbaz Sharif Terpilih sebagai Perdana Menteri Pakistan untuk Kedua Kali

59 hari lalu

Shehbaz Sharif Terpilih sebagai Perdana Menteri Pakistan untuk Kedua Kali

Shehbaz Sharif mengalahkan Omar Ayub dan kembali menduduki posisi Perdana Menteri Pakistan yang ditinggalkannya pada Agustus tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Partai Independen Dukungan Imran Khan Raih Suara Terbanyak dalam Pemilu Pakistan

12 Februari 2024

Partai Independen Dukungan Imran Khan Raih Suara Terbanyak dalam Pemilu Pakistan

Hasil akhir pemilu Pakistan menempatkan partai independen, dukungan mantan PM Imran Khan yang dipenjara, memimpin dengan 93 dari 264 kursi.

Baca Selengkapnya

Pemilu Pakistan Diganggu ISIS, Lima Polisi Tewas di Hari Pemungutan Suara

8 Februari 2024

Pemilu Pakistan Diganggu ISIS, Lima Polisi Tewas di Hari Pemungutan Suara

ISIS mengganggu pemilu Pakistan, sedikitnya lima polisi tewas dalam serangan militan ketika negara itu melakukan pemungutan suara.

Baca Selengkapnya

Kemenkeu Optimistis Pertumbuhan Ekonomi RI Tembus 5,2 Persen di 2024, Ini Sebabnya

7 Februari 2024

Kemenkeu Optimistis Pertumbuhan Ekonomi RI Tembus 5,2 Persen di 2024, Ini Sebabnya

Kementerian Keuangan memperrkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih kuat pada 2024. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Dorong Pendanaan Berkelanjutan untuk Atasi Perubahan Iklim

29 Januari 2024

Sri Mulyani Dorong Pendanaan Berkelanjutan untuk Atasi Perubahan Iklim

Indonesia turut mengalami dampak dari perubahan iklim ekstrem, Sri Mulyani bilang, pendanaan berkelanjutan bisa menjadi jawaban untuk mengatasi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Mandiri Sekuritas Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI 5,1 Persen Tahun Ini, Apa Saja Faktor Pendorongnya?

29 Januari 2024

Mandiri Sekuritas Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI 5,1 Persen Tahun Ini, Apa Saja Faktor Pendorongnya?

Mandiri Sekuritas memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5,1 persen pada 2024. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya