OJK Dorong UKM Melantai di Bursa

Reporter

Sabtu, 25 Juli 2015 03:11 WIB

Nurhaida. ANTARA/Yudhi Mahatma

TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ingin mendorong sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) ikut ambil bagian di pasar modal. Upaya ini merupakan cara OJK untuk mendorong perekonomian dalam negeri di tengah lesunya pasar global.

Anggota Dewan Komisioner OJK Nurhaida mengatakan dengan masuknya UKM, pendanaan di pasar modal akan menjadi lebih variatif. "Kami akan kaji lebih dalam lagi tentang ini dan meminta masukan juga ke pelaku pasar, terutama industri," kata Nurhaida di Kantor OJK, Jakarta, Jumat, 24 Juli 2015.

Ia menambahkan, pengembangan UKM menjadi perusahaan terbuka (go public) memerlukan aturan tersendiri. Perlu ada lantai ketiga khusus untuk UKM.

Menurut Nurhaida, UKM merupakan unit usaha yang berbentuk persekutuan komanditer (CV), dana dan aset kalah jauh dari jenis perusahaan terbatas. Untuk itu, tidak mungkin jika UKM ikut bergabung dalam pasar reguler. "Peminatnya tidak akan banyak dan perlu ada market maker."

Selain mendorong UKM, OJK juga ingin lebih banyak lagi badan usaha milik negara menjadi perusahaan terbuka. Saat ini baru ada 20 BUMN yang sudah go public. "Setidaknya kami berharap anak perusahaan BUMN bisa turun ke bursa efek," ucap Nurhaida.

Mendorong BUMN dan UKM terjun ke Bursa Efek Indonesia merupakan dua dari 15 kebijakan OJK di pasar modal yang bertujuan menstimulus perekonomian dalam negeri. Kebijakan lainnya ialah mengenai pengembangan infrastruktur pasar repurchase agreement (Repo) yang mencakup pengembangan produk dan layanan settlement transaksi Repo.

OJK mengeluarkan 35 kebijakan yang bertujuan merangsang roda ekonomi dalam negeri agar tidak terkena dampak yang besar dari melemahnya ekonomi global. Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad menginginkan industri keuangan mengambil peran utama di tengah lesunya ekonomi global.

"Kami ingin menjaga pertumbuhan kredit bank, pasar modal, dan industri keuangan non bank agar bisa tumbuh sesuai target," kata Muliaman. Dengan adanya kebijakan tersebut, salah satunya kebijakan mengenai Aset Tertimbang Menurut Resiko (ATMR), ia berharap ruang pembiayaan di sektor perbankan bisa lebih luas.

Menurut Muliaman, 35 kebijakan tersebut tidak semuanya baru. Sebagian diantaranya merupakan kebijakan lama dan hanya penegasan saja. Tujuan utamanya ialah untuk membantu pemulihan ekonomi. "Kami ingin sektor keuangan bisa lebih kuat dan industri keuangan bisa kasih akses ke masyarakat luas."

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Nelson Tampubolon mengataka di sektor perbankan dari 12 ada delapan kebijakan baru. Salah satunya ialah mengenai penurunan bobot resiko kredit beragun rumah tinggal non pemerintah yang ditetapkan sebesar 35 persen.

Selain itu juga ada penurunan bobot resiko kredit usaha rakyat yang dijamin Jamkrida yang dapat dikenakan bobot resiko sebesar 50 persen. Lalu tagihan atau kredit yang dijamin pemerintah dikenakan bobot risiko nol persen dalam perhitungan ATMR. "Sektor UKM termasuk yang kuat saat ekonomi lesu," ucap Nelson.

ADITYA BUDIMAN

Berita terkait

IHSG Diperkirakan Menguat, Terpengaruh Sentimen Domestik dan Global

2 jam lalu

IHSG Diperkirakan Menguat, Terpengaruh Sentimen Domestik dan Global

IHSG hari ini, Senin, 6 Mei 2024 dibuka menguat 36,86 poin atau 0,52 persen ke posisi 7.171,58

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

8 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

14 hari lalu

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?

Baca Selengkapnya

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

45 hari lalu

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

BEI akan menerapkan mekanisme perdagangan lelang berkala secara penuh atau full call auction di Papan Pemantauan Khusus pada Senin pekan depan.

Baca Selengkapnya

Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun

25 Februari 2024

Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun

Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.

Baca Selengkapnya

Kebijakan OJK dalam Mendukung Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan

21 Februari 2024

Kebijakan OJK dalam Mendukung Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan

Berikut sejumlah kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan..

Baca Selengkapnya

Cara Cek Nama di BI Checking atau SLIK OJK Terbaru secara Online

30 Januari 2024

Cara Cek Nama di BI Checking atau SLIK OJK Terbaru secara Online

Cara cek nama di BI Checking atau SLIK OJK hanya membutuhkan waktu paling lambat 1 hari kerja. Berikut ini langkah-langkah dan syaratnya.

Baca Selengkapnya

Microsoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI

30 Januari 2024

Microsoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI

Para investor sepakat bahwa Microsoft berkembang jauh lebih signifikan dibanding Apple, bahkan untuk lima tahun ke depan.

Baca Selengkapnya

Israel Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober

5 Desember 2023

Israel Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober

Israel sedang menyelidiki klaim peneliti AS bahwa beberapa investor mungkin telah mengetahui sebelumnya tentang rencana serangan Hamas

Baca Selengkapnya

Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual

4 Desember 2023

Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.

Baca Selengkapnya