TEMPO Interaktif, Jakarta:Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi meminta agar pemerintah menerapkan standarisasi emisi yang dihasilkan dari briket batubara. Tujuannya untuk mengurangi dampak bagi kesehatan pengguna briket. Kepala Balai Besar Teknologi Energi BPPT Agus Rusyana Hoetman mengatakan, kualitas batu bara Indonesia sangat beragam sehingga perlu standarisasi bila akan dibuat briket. " Emisi dari pembakaran briket ini mengandung karbon monoksida (CO), Nitrogen (Nox) , belerang (Sox) dan juga merkuri, " kata Agus di Jakarta, Rabu (19/10). Namun, kata Agus, kandungan merkuri batu bara Indonesia sangat rendah. "Angka tepatnya belum ada. Namun, satuannya part per billion di bawah part per million," paparnya.Sedangkan kadar CO dari hasil uji pembakaran briket dengan menggunakan kompor desain BBPT sekitar 106 ppm. Kadarnya jauh di bawah pembakaran kompor minyak tanah sekitar 250-390 ppm. Untuk kadar SOx dalam batu bara harus di bawah 0,5 persen. Standarisasi diperlukan karena gas hasil pembarakan briket sangat tergantung dari kandungan batu baranya. Jika kadar sulfur dalam batu bara tinggi, kadar SOx juga tinggi. Agus menambahkan, untuk menghindari efek buruk dari penggunaan briket perlu dapur yang memiliki aliran udara yang baik. Juga pola pembuatan kompor briket juga harus memakai kompor yang menghasil seminimal mungkin emisi. Muhamad Fasabeni