Pertamina Klaim Harga Pertamax Sudah Tepat

Reporter

Minggu, 31 Mei 2015 05:00 WIB

Petugas menunjukan selang pengisian bahan bakar Pertamax Plus saat akan mengisi kendaraan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pertamina kawasan Otista, Jakarta (26/8). Tempo/Aditia noviansyah

TEMPO.CO , Jakarta: Pertamina membantah anggapan bahwa harga baru Pertamax, yang lebih mahal dibanding Shell dan Total, disebabkan komponen produksi di perusahaan milik negara itu lebih mahal. “Tidak. Kami sama saja dengan yang lain kok,” kata Direktur Pemasaran Pertamina, Ahmad Bambang, di Jakarta kemarin.



Sejak kemarin dinihari, harga bensin RON 92 Pertamax naik Rp 500 menjadi Rp 9.300 per liter, dan Pertamax Plus (RON 95) naik Rp 150 menjadi Rp 10.150. Shell sejak Selasa lalu menaikkan harga bensin RON 92 menjadi Rp 9.100.



Menurut Ahmad, harga baru Pertamax itu mempertimbangkan kenaikan harga minyak dunia saat ini. Kenaikan harga sebenarnya sudah direncanakan Pertamina sejak 15 Mei lalu, namun tertunda karena menuai polemik. Waktu itu harga Pertamax jauh lebih murah daripada produk serupa milik Shell dan Total.



Dihubungi terpisah, Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Eri Purnomohadi yakin selisih harga BBM RON 92 sebesar Rp 200 tidak membuat membuat konsumen Pertamina berpindah membeli bensin dari merk lain seperti Shell dan Total. Dia menilai price sensitive Pertamax yang tidak signifikan.

"Minimal naik Rp 500 kalau berpengaruh," katanya saat dihubungi, Sabtu, 30 Mei 2015. Namun kenaikan harga Rp 500 pun, tidak banyak berpengaruh karena konsumen cenderung memilih kompetitor Pertamina karena lokasinya lebih sepi dan tidak antri.

Menurut dia, Pertamax tetap menjadi pilihan konsumen karena Pertamina mempunyai SPBU lebih banyak dari para pesaingnya yang menyebabkan market konsumen lebih tinggi. Eri memperkirakan jumlah SPBU Pertamina di kawasan Jabodetabek mencapai 700 unit, jauh lebih banyak dari milik Shell atau Total yang mencapai kurang dari 100 unit.

Dia mengatakan memang ada kemungkinan migrasi dari konsumen Pertamax ke Premium karena kenaikan harga yang lebih tinggi dari kompetitornya. Namun diprediksi kurang dari 10 persen konsumen Pertamax memilih Premium. Mereka merupakan konsumen abu-abu (swing) yang jumlahnya 20 persen dari pembeli BBM Pertamina.

Eri mengatakan Pertamax lebih mahal dari pesaingnya karena pemerintah sempat melarang kenaikan BBM ron 92 tersebut. Padahal di saat yang sama, Shell dan Total telah menaikkan harga BBM ron 92. Dia mengatakan baru pertama kalinya harga Pertamax lebih mahal dari kompetitornya mengingat Pertamina adalah price leader dan price maker di market BBM nasional.

"Besok lusa paling Shell dan Total harganyanya berubah, mengikuti price adjustment dari kompetitor, Pertamina," katanya.

ALI HIDAYAT|PRAGA UTAMA

Advertising
Advertising

Berita terkait

10 Negara dengan Harga BBM Paling Murah, Indonesia Termasuk?

6 hari lalu

10 Negara dengan Harga BBM Paling Murah, Indonesia Termasuk?

Berikut ini daftar negara dengan harga BBM paling murah di dunia, ada yang hanya dijual Rp467 per liter. Apa Indonesia termasuk?

Baca Selengkapnya

Harga BBM Terdampak Perang Iran - Israel? Ini Kata Pertamina, DPR dan Pengamat

12 hari lalu

Harga BBM Terdampak Perang Iran - Israel? Ini Kata Pertamina, DPR dan Pengamat

Pecahnya konflik Iran - Israel dikhawatirkan berdampak pada harga BBM karena terancam naiknya harga minyak mentah dunia.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Dua Bulan Pertamina Tahan Kenaikan Harga BBM, Terungkap Pertamax Palsu di Empat SPBU Pertamina

30 hari lalu

Terkini Bisnis: Dua Bulan Pertamina Tahan Kenaikan Harga BBM, Terungkap Pertamax Palsu di Empat SPBU Pertamina

Nicke Widyawati mengatakan Pertamina tidak hanya mengejar keuntungan. Sudah dua bulan perusahaan menahan kenaikan harga BBM.

Baca Selengkapnya

Dua Bulan Tahan Harga BBM, Bos Pertamina: Bukan Cuma Cari Untung

30 hari lalu

Dua Bulan Tahan Harga BBM, Bos Pertamina: Bukan Cuma Cari Untung

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan mengatakan Pertamina menahan harga BBM dengan mempertimbbangkan kondisi daya beli masyarakat.

Baca Selengkapnya

BBM dan Listrik Tak Naik Sampai Juni 2024, Ekonom: Sudah Tepat, Banyak Faktor Perlu Dipertimbangkan

53 hari lalu

BBM dan Listrik Tak Naik Sampai Juni 2024, Ekonom: Sudah Tepat, Banyak Faktor Perlu Dipertimbangkan

Harga BBM dan listrik dipastikan tidak naik hingga Juni 2024. Ekonom menyebut langah tepat karena kenaikan minyak dunia baru dua persen.

Baca Selengkapnya

Harga BBM Dipastikan Tak Naik hingga Juni 2024, Ini Pernyataan Jokowi, Airlangga, Erick Thohir, hingga Pertamina

53 hari lalu

Harga BBM Dipastikan Tak Naik hingga Juni 2024, Ini Pernyataan Jokowi, Airlangga, Erick Thohir, hingga Pertamina

Pemerintah memastikan harga BBM bersubsidi ataupun nonsubsidi tak naik hingga Juni 2024. Apa sebabnya dan bagaimana konsekuensinya?

Baca Selengkapnya

Pertamina Tahan Harga BBM Nonsubsidi, Pemerintah Bantah Intervensi

57 hari lalu

Pertamina Tahan Harga BBM Nonsubsidi, Pemerintah Bantah Intervensi

PT Pertamina (Persero) kembali menahan harga BBM (bahan bakar minyak) nonsubsidi bulan ini. Pemerintah membantah adanya intervensi ke BUMN tersebut.

Baca Selengkapnya

Airlangga Sebut Tidak Ada Kenaikan BBM Subsidi dalam Waktu Dekat

5 Februari 2024

Airlangga Sebut Tidak Ada Kenaikan BBM Subsidi dalam Waktu Dekat

Anggaran subsidi BBM tertentu untuk tahun 2024 disepakati sebesar Rp 25,82 triliun dalam APBN.

Baca Selengkapnya

2 Faktor yang Buat Harga BBM Pertamina Tak Naik di Februari 2024

5 Februari 2024

2 Faktor yang Buat Harga BBM Pertamina Tak Naik di Februari 2024

Pengamat ekonomi energi Yayan Satyakti menilai ada dua faktor yang membuat harga BBM Pertamina bertahan di Februari 2024. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Harga BBM Non Subsidi Pertamina Tetap Meski Kompetitor Naik, Erick Thohir: Untuk Jaga Daya Beli Masyarakat

3 Februari 2024

Harga BBM Non Subsidi Pertamina Tetap Meski Kompetitor Naik, Erick Thohir: Untuk Jaga Daya Beli Masyarakat

Harga BBM nonsubsidi Pertamina tidak naik, meski minyak mentah dunia dan kurs per Februari 2024 naik. Erick Thohir menyebut untuk jaga daya beli.

Baca Selengkapnya