Jumlah Penduduk Tinggi, Indonesia Jadi Pasar Seksi E-Commerce

Reporter

Kamis, 28 Mei 2015 02:00 WIB

Sebuah bendera Merah Putih terbesar di dunia, dikibarkan di menara Monas saat digelar upacara pencanangan gerakan nasional Bela Negara di Jakarta, 19 Desember 2014. Bendera Merah Putih tersebut berukuran 2.250 meter. Tempo/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, e-commerce Indonesia merasa persaingan antar-regional pada bisnis toko online kian sengit.

CEO Bhineka.com Hendrik Tio bahkan mengatakan Indonesia merupakan pasar seksi bagi e-commerce asing karena banyaknya jumlah penduduk di Indonesia yang berselancar online.

"Secara tidak langsung, kalau bicara persaingan di regional, Indonesia adalah market yang luar biasa seksi untuk orang regional. Perbandingannya, kita punya masyarakat online kira-kira 80 juta, Singapura cuma 10 juta. Nah, kalau Filipina agak ketinggalan sedikit dengan kita. Saat ini, semua mata sedang tertuju pada kita. Dengan adanya MEA, e-commerce asing akan gampang sekali berjualan di sini, tapi kantor pusat di Singapura, misalnya. Jadi mereka tak perlu bayar pajak sini," kata Hendrik di Jakarta, Rabu.

Meski lebih banyak persaingan yang dihadapi, Hendrik tak memungkiri e-commerce dalam negeri juga akan menikmati keuntungan, terutama yang menyediakan jasa market place. "Eksportir akan senang dengan adanya MEA karena bisa berjualan ke luar negeri bebas nantinya," ujarnya.

Selain itu, persaingan akan bertambah ketat karena banyak tenaga kerja berpotensi asal Indonesia yang justru bekerja di luar negeri saat MEA diberlakukan kelak. Diharapkan, pemerintah akan memberikan dukungan penuh pada e-commerce asal Indonesia, bukannya justru membebankan peraturan yang menghambat.

"Ini MEA baru mau mulai. Saya harap pemerintah kita benar-benar mendukung. Jangan sampai seperti merebus katak, airnya mendidih tapi kataknya sudah entah lari ke mana. Di luar sana itu mereka well educated, well knowledge, dan well infrastructure," dia menjelaskan.

Salah satu peraturan yang dirasa menghambat adalah wacana pembebanan pajak pada bisnis online yang belum jelas penerapannya.

"Kalau e-commerce yang sudah established, seperti Bhineka, kami memang sudah membayar pajak, baik PPn maupun PPh. Tapi bagaimana dengan yang ada di market place? Itu aturannya harus jelas dulu, pembebanan pajak untuk e-commerce seperti apa?" tutur Hendrik, yang juga merupakan Ketua Dewan Pembina Asosiasi E-Commerce Indonesia (IdEA) di Jakarta, Rabu.

Ke depan, diharapkan pemerintah bisa memberikan insentif kepada e-commerce Indonesia, seperti pembangunan infrastruktur koneksi jaringan Internet maupun koneksi jaringan transportasi fisik.

"Harapannya, pemerintah bisa memeratakan Internet dan jalan-jalan dibangun hingga ke pelosok-pelosok agar harga barang menjadi seimbang. Saat ini kita ada jual barang ke Papua bisa beda hingga Rp 500 ribu dibanding barang yang dijual di Jakarta," ucapnya.

Saat ini ada sekitar 150 e-commerce asli Indonesia yang terdaftar dalam IdEA. "Jika MEA diberlakukan dan pemerintah tetap tidak memberikan dukungan, dikhawatirkan akan banyak e-commerce yang mendirikan kantor pusat di luar negeri dan jualan di sini. Kucing-kucingan aja," katanya.

ANTARA



Berita terkait

2025, Bukalapak Prediksi Uang Beredar di Bisnis Digital USD 130 M

28 Februari 2019

2025, Bukalapak Prediksi Uang Beredar di Bisnis Digital USD 130 M

Bukalapak memperkirakan jumlah uang yang beredar dalam bisnis digital pada tahun 2025 bakal mencapai US$ 130 miliar.

Baca Selengkapnya

Upaya Bukalapak Hadapi Persaingan dengan Ecommerce Dunia

24 November 2018

Upaya Bukalapak Hadapi Persaingan dengan Ecommerce Dunia

Bukalapak bakal menggenjot kualitas dari 4 juta pelapak yang berdagang di platform tersebut.

Baca Selengkapnya

Bekraf Ajak Pegiat Ekonomi Kreatif Belajar Storytelling

3 Oktober 2018

Bekraf Ajak Pegiat Ekonomi Kreatif Belajar Storytelling

Yoseph Payong Masan, Kasubdit Hubungan Antarlembaga Pemerintah Dalam Negeri, Bekraf, Ajak Pegiat Ekonomi Kreatif Belajar Storytelling.

Baca Selengkapnya

Tokopedia Jual 51 Ton Kurma Online Selama Ramadan 2018

14 Juni 2018

Tokopedia Jual 51 Ton Kurma Online Selama Ramadan 2018

Animo warga untuk berbelanja online selama Ramadan meningkat signifikan. Tak hanya Tokopedia, semua perdagangan online menunjukkan peningkatan omzet.

Baca Selengkapnya

Alibaba Kucurkan Lagi Rp 13 Triliun untuk Lazada

28 Juni 2017

Alibaba Kucurkan Lagi Rp 13 Triliun untuk Lazada

Lazada didirikan pada tahun 2012 dengan kantor pusatnya di Singapura

Baca Selengkapnya

Berlibur? Manfaatkan Situs Penyedia Diskon Tiket Pesawat, Hotel

20 Juni 2017

Berlibur? Manfaatkan Situs Penyedia Diskon Tiket Pesawat, Hotel

Dengan memanfaatkan situs penyedia harga tiket pesawat dan hotel, semakin banyak pengeluaran yang bisa dihemat.

Baca Selengkapnya

Jakarta Great Online Sale 2017 Berlangsung Tujuh Hari

14 Juni 2017

Jakarta Great Online Sale 2017 Berlangsung Tujuh Hari

Jakarta Great Online Sale (JGOS) 2017 hadir memberikan diskon
hingga 95 persen.

Baca Selengkapnya

Amazon Diprediksi Dahului Apple Jadi Perusahaan USD 1 Triliun

13 Juni 2017

Amazon Diprediksi Dahului Apple Jadi Perusahaan USD 1 Triliun

Amazon diprediksi bakal mengalahkan Apple dan Google untuk menjadi perusahaan pertama bernilai US$ 1 triliun.

Baca Selengkapnya

Keamanan dan Harga, Dua Hal Penting Saat Anda Belanja Online

10 Juni 2017

Keamanan dan Harga, Dua Hal Penting Saat Anda Belanja Online

Selain faktor keamanan, pertimbangan harga menempati peringkat kedua sebesar 85,5 persen, diikuti oleh kenyamanan 85,1 persen.

Baca Selengkapnya

Berita Teknologi Terbaru: Bukalapak Luncurkan Program BukaEmas  

4 Juni 2017

Berita Teknologi Terbaru: Bukalapak Luncurkan Program BukaEmas  

Bukalapak meluncurkan program BukaEmas, jual beli emas secara online dan murah.

Baca Selengkapnya