Seorang pekerja mengawasi proses pengilingan beras di Kabupaten Gowa, Sulsel, Rabu (17/2). Pemprov Sulawesi Selatan menargetkan Surplus Beras 2 juta ton untuk mendukung produksi beras Indonesia pada tahun 2010. TEMPO/Fahmi Ali
TEMPO.CO, Jakarta - Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) mencurigai adanya oknum di luar lingkaran pelaku usaha beras yang bermain dalam beredarnya beras sintetis.
Ketua Perpadi Nellys Soekidi ragu jika aktor utama di balik beredarnya beras sintetis ini berasal dari kalangan pengusaha padi atau beras. Sebab, hal itu justru akan merugikan kegiatan usaha mereka.
"Kalau mengedarkan beras sintetis tidak ada keuntungan. Ini saya curiga ada motif lain, bukan dari pedagang," katanya dalam diskusi polemik Sindo Trijaya di Jakarta, Sabtu, 23 Mei 2015.
Perpadi sendiri mengaku heran dengan adanya fenomena ini. Sebab, kejadian adanya beras sintetis hanya ada di Indonesia. Di negara lain pun hal ini belum pernah terjadi.
"Beras kebutuhan pokok. Selama ini tidak ada masalah. Ini bisa saja pelakunya bukan pemain beras, tapi pihak lain," ujarnya.