TEMPO Interaktif, Jakarta:Bank Indonesia (BI) menilai intervensi valuta asing (valas) merupakan solusi jangka pendek menyusul pelemahan kurs rupiah atas dolar amerika serikat belakangan ini. Menurut Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda S. Gultom, koordinasi BI dan pemerintah harus lebih ditingkatkan mencari solusi efektif atas permasalahan struktural yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valas di pasar. "Perbaikan iklim investasi demi mendorong investasi asing dan perbaikan daya saing untuk meningkatkan ekspor menjadi kunci mengatasi tekanan rupiah yang fundamental dari sisi neraca pembayaran," kata Miranda, Kamis (25/8) malam. Menurut dia, ketidakberhasilan memanfaatkan momentum itu berpotensi menjebak perekonomian domestik pada masalah seperti pola ekspansi yang tidak stabil, nilai tukar yang rentan, dan inflasi yang tinggi. "Kita harus kerja keras."BI sendiri berupaya melakukan berbagai langkah demi stabilisasi kurs rupiah yang menopang stabilitas makro ekonomi dan pemulihan ekonomi nasional. Pertimbangan BI, kurs rupiah yang melemah tidak hanya berpengaruh besar atas inflasi, tetapi juga atas keseimbangan fiskal, keuangan perusahaan, dan kondisi ekonomi secara keseluruhan. "Ilustrasinya, depresiasi rupiah 10 persen berdampak pada inflasi 11,4 persen. Dan depresiasi Rp 100 per dolar AS menyebabkan naiknya defisit fiskal kurang lebih Rp 500 miliar," ujar Miranda.Astri Wahyuni