Dolar Balik Arah, Investor Lepas Rupiah  

Jumat, 10 April 2015 16:01 WIB

Bengkel Perawatan dan Inovasi Kereta Balaiyasa, Jakarta, 12 Maret 2015. Dalam Peraturan Menhub No 17 tahun 2015, ada 4 faktor kenaikan tarif kereta, yaitu kenaikan BBM subsidi, perubahan pedoman perhitungan tarif dari Peraturan Menhub No.28 Th.2012 menjadi No.69 Th.2014, perubahan margin dalam perhitungan BOP KA Ekonomi, dan kurs dollar AS terhadap rupiah. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Setelah mengalami tekanan selama sepekan terakhir, dolar Amerika Serikat kembali menunjukkan tajinya di depan mata uang utama dunia. Pelemahan mata uang regional ikut menyeret kurs rupiah. Pada transaksi pasar uang hingga sore ini, rupiah telah melemah 27 poin (0,21 persen) ke level 12.932 per dolar. Rupiah sempat menyentuh level tertinggi pada kisaran 12.890 per dolar pada pagi hari sebelum berbalik melemah pada sore hari.

Analis dari PT Monex Investindo Futures, Faisal, mengatakan penguatan dolar kembali membebani kurs rupiah. Rilis data klaim pengangguran di Amerika yang lebih baik dari ekspektasi membuat daya tarik dolar semakin kuat. Selain itu, pelemahan kurs dolar yang telah berlangsung selama sepekan terakhir membuat pasar tergiur untuk membeli dolar. "Investor memilih untuk memborong dolar dan melepas rupiah."

Jumlah penduduk AS yang mengajukan klaim pengangguran pada awal April sebanyak 280 ribu orang, atau lebih rendah dari perkiraan para analis sebanyak 283 ribu. Hal ini kembali memunculkan spekulasi bahwa bank sentral Amerika (The Fed) tidak akan menunda terlalu lama untuk menaikkan suku bunga.

Menurut Faisal, masih ada kemungkinan suku bunga AS dinaikkan lebih cepat atau pada kuartal kedua ini asalkan data-data ekonomi dan pasar tenaga kerja tumbuh. Perubahan arah sentimen pasar ini berpotensi membuat dolar kembali mendapatkan predikat sebagai lindung nilai paling aman di dunia (safe haven). "Ketika dolar menguat, volatilitas rupiah akan lebih tajam dari biasanya," ujarnya.

Faisal melanjutkan, peraturan Bank Indonesia yang mewajibkan seluruh transaksi korporasi di dalam negeri menggunakan mata uang rupiah tidak mampu menyelamatkan rupiah. Kebijakan itu hanya mengurangi sedikit permintaan dan efeknya baru bisa untuk jangka panjang. Untuk saat ini, fluktuasi rupiah lebih dipengaruhi faktor eksternal.

Mata uang Asia cenderung melemah terhadap dolar AS. Hingga pukul 15.00 WIB, peso Filipina melemah 0,2 persen, won Korea melemah 0,01 persen, ringgit anjlok 1,04 persen, rupee India melemah 0,18 persen, dan dolar Singapura melemah 0,24 persen.

PDAT | M. AZHAR

Berita terkait

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

7 jam lalu

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

Survei Konsumen Bank Indonesia atau BI pada April 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat.

Baca Selengkapnya

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

1 hari lalu

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

Gubernur BI dan Gubernur Bank Sentral UEA menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal untuk transaksi bilateral.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

3 hari lalu

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.

Baca Selengkapnya

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

4 hari lalu

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai

Baca Selengkapnya

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

4 hari lalu

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

5 hari lalu

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen

Baca Selengkapnya

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

5 hari lalu

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

10 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

10 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

10 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya