TEMPO.CO, Jakarta - Selama sepekan, pasar obligasi melemah. Adanya sentimen positif dari penurunan suku bunga acuan (BI Rate) dan rilis kenaikan cadangan devisa belum mampu membuat pendanaan beralih ke obligasi.
Menurut Reza Priyambada, Kepala Riset Woori Securities Indonesia, hal ini terjadi karena pelemahan nilai tukar rupiah. “Harapan akan berlanjutnya kenaikan obligasi tampaknya tidak terwujud," katanya kepada Tempo, Sabtu, 7 Maret 2015.
Harga obligasi pemerintah berbalik turun seiring dengan kembali naiknya yield yang merata pada seluruh tenor. Kelompok tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan rata-rata yield 7,18 bps; tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan yield sekitar 20,64 bps; dan tenor panjang (8-30 tahun) turut mengalami kenaikan yield hingga 28,31 bps.
Obligasi pemerintah seri benchmark FR0069, yang memiliki jatuh tempo lima tahun, menurun hingga 73,44 bps. Sedangkan FR0070, yang memiliki jatuh tempo sepuluh tahun, turun harga hingga 273,6 bps.
Meskipun berpotensi melemah, ia tetap optimistis pasar obligasi akan bergerak positif. "Bila ada pelemahan, saya berharap tidak akan terlalu dalam," katanya.
Reza memperkirakan laju harga obligasi akan bergerak dengan rentang ±78 hingga 125 bps. “Untuk itu, tetap cermati perubahan dan antisipasi sentimen yang ada.”
DINI PRAMITA
Berita terkait
CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu
31 hari lalu
CIMB Niaga mendorong masyarakat untuk giat berinvestasi, salah satunya dengan menempatkan dana dengan nominal paling terjangkau mulai dari Rp 10 ribu.
Baca SelengkapnyaBRI Tawarkan ORI025, Pilihan Aman Bagi Investor Lama dan Pemula
3 Februari 2024
ORI025 menggunakan jenis kupon tetap atau fixed rate
Baca SelengkapnyaDBS Ungkap Peluang Investasi Kuartal I 2024, Obligasi Sangat Menjanjikan
24 Januari 2024
DBS Group Research memproyeksikan investasi aset-aset yang berisiko lebih menjanjikan. Obligasi korporasi dengan peringkat A atau BBB yang terbaik.
Baca SelengkapnyaTertinggi Setelah Vietnam, Pasar Saham RI Menguat 2,71 Persen pada Desember 2023
9 Januari 2024
OJK optimistis industri pasar modal Indonesia masih tumbuh luas untuk semakin memberikan kontribusi optimal bagi perekonomian nasional.
Baca SelengkapnyaDana Pihak Ketiga Perbankan Rendah, Ekonom Sebut Milenial Lebih Suka Simpan Duit di Saham
29 Desember 2023
Ekonom senior Indef Aviliani mengatakan pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan hanya 4 persen.
Baca SelengkapnyaKreditur Obligasi Waskita Karya Belum Setuju Skema Restrukturisasi, Ini Kata Stafsus Erick Thohir
19 Desember 2023
Stafsus Erick Thohir menanggapi kreditur obligasi Waskita Karya yang belum menyetujui skema restrukturisasi.
Baca SelengkapnyaObligasi dan Sukuk untuk Pembiayaan IKN Nusantara
14 Desember 2023
Ruang bagi Otorita IKN Nusantara menerbitkan obligasi dan sukuk sudah terbuka dengan adanya klausul dalam revisi UU IKN Nusantara.
Baca SelengkapnyaObligasi Waskita Karya Terancam Masalah Keuangan, Asosiasi Asuransi Bicara Tata Kelola Investasi
30 November 2023
Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon menjelaskan bahwa pengurus AAJI selalu menyampaikan prinsip kehati-hatian dalam tata kelola investasi kepada anggotanya.
Baca SelengkapnyaBos AAJI Buka Suara soal Obligasi Industri Asuransi di Waskita Karya yang Terancam Masalah Keuangan
30 November 2023
Waskita Karya mengalami masalah keuangan yakni gagal bayar bunga dan pelunasan obligasi perseroan.
Baca SelengkapnyaTernyata Ini Alasan Saham Waskita Karya Terancam Delisting dari Bursa
28 November 2023
PT Waskita Karya (Persero) Tbk. berpotensi bakal delisting saham dari BEI karena beberapa alasan. Apa saja penyebabnya?
Baca Selengkapnya