TEMPO.CO, Jakarta - Mayoritas kurs regional bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat setelah data ISM Manufacturing PMI Amerika Serikat pada Februari jatuh ke level 52,9. Data yang menjadi indikator aktivitas manajer dalam melakukan pembelian barang tersebut memberi sinyalemen bahwa kinerja perekonomian Amerika Serikat bakal mengalami perlambatan.
Hingga pukul 12.30 WIB, rupiah naik 28 poin (0,22 persen) ke level Rp 12.942. Yen Jepang menguat 0,42 persen ke level 119,963, sementara won Korea mengalami apresiasi sebesar 0,35 persen pada level 1.096,90 per dolar AS.
Menurut Direktur Eksekutif PT Equilibrium Komoditi Berjangka Ibrahim, data negatif tersebut akhirnya kian menguatkan keyakinan investor bahwa suku bunga bank sentral AS (The Fed) memang tidak akan naik dalam waktu dekat. Pasalnya, di tengah realisasi inflasi AS yang masih jauh di bawah target 2 persen, The Fed semakin tak punya alasan kuat untuk melakukan pengetatan Fed’s rate. “Data tersebut kian memberi kenyamanan,” kata Ibrahim.
Meski demikian, Ibrahim meyakini penguatan rupiah sementara ini berkaitan dengan intervensi yang dilakukan Bank Indonesia (BI). Level rupiah yang terus mendekati level psikologis Rp 13 ribu membuat BI berusaha keras menjaga level tersebut.
“BI tentu akan berusaha menjaga rupiah tak bergerak jauh dari patokan kurs APBN-Perubahan 2015 sebesar Rp 12.500 per dolar,” ujar Ibrahim.
MEGEL (PDAT)
Berita terkait
Paytren Dicabut OJK, Yusuf Mansur Berharap Tak Kapok Coba Ide Lain
1 hari lalu
Yusuf Mansyur mengklaim investasi syariah paytren tidak menjadi tempat pencucian uang, dia tidak tergoda dengan uang yang dianggap tidak benar
Baca SelengkapnyaKepala Perwakilan BI Solo Sebut Kendala-kendala yang Masih Dihadapi UMKM
2 hari lalu
Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) harus konsisten menerapkan kualitas hasil produksi jika ingin bisa bertahan di tengah dinamika ekonomi.
Baca SelengkapnyaBI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi
3 hari lalu
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyatakan pihaknya terus memperkuat sinergi dan mendukung upaya pengendalian inflasi daerah.
Baca SelengkapnyaBI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen
4 hari lalu
Survei BI mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer triwulan I 2024 tetap naik, tecermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial triwulan I 2024 sebesar 1,89 persen
Baca Selengkapnya6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global
4 hari lalu
Rupiah melemah dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, apa saja?
Baca SelengkapnyaSurvei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat
7 hari lalu
Survei Konsumen Bank Indonesia atau BI pada April 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat.
Baca SelengkapnyaPerkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama
8 hari lalu
Gubernur BI dan Gubernur Bank Sentral UEA menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal untuk transaksi bilateral.
Baca SelengkapnyaTerpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN
10 hari lalu
Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.
Baca SelengkapnyaRamai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara
11 hari lalu
Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai
Baca SelengkapnyaAliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI
11 hari lalu
Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.
Baca Selengkapnya