Waspada, Rupiah Bakal Terus Melemah

Reporter

Selasa, 20 Januari 2015 06:30 WIB

TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Minimnya katalis positif dari dalam maupun luar negeri membuat nilai tukar rupiah kembali melemah. Dalam transaksi di pasar uang, Senin, 19 Januari 2015, rupiah turun 28 poin (0,28 persen) ke level 12.618 per dolar.

Rupiah melemah seiring dengan penguatan dolar terhadap sebagian besar mata uang dunia. Quantitative Analyst PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Reny Eka Putri, mengatakan situasi ekonomi global dan kondisi moneter di Eropa mendorong pelaku pasar untuk terus mengoleksi aset paling aman. "Dolar pun akan terus menguat," kata Reny. (Baca: Waspadai Global, BI Patok Rupiah Rp 12.800 per Dolar.)

Menurut Reny, revisi angka pertumbuhan ekonomi global menimbulkan kekhawatiran bahwa ekonomi di Eropa, Cina, dan negara berkembang masih terus terkontraksi. Apalagi data produk domestik bruto Cina diperkirakan terus melemah, yang menunjukkan ekspor dari negara tersebut melambat.

Dari sisi moneter, kata Reny, kebijakan bank sentral Swiss mempertahankan batas nilai tukar di level 1,2 terhadap euro menimbulkan ketidakpastian pasar. Akibatnya, investor kembali berbondong-bondong membeli dolar. Menurut Reny, rencana bank sentral Eropa mengeluarkan stimulus moneter berpeluang mendorong kenaikan dolar. Sebab, likuiditas yang besar akan menekan nilai tukar euro. (Baca juga: Tertekan Regional, IHSG Bergerak Fluktuatif.)

"Apalagi dana-dana segar dari Eropa itu kemungkinan besar akan diparkir dulu ke aset Treasury AS, menyusul rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika (The Fed) pada kuartal II 2015," ujar Reny.

Dari dalam negeri, Reny memperkirakan kebijakan pemerintah menurunkan harga BBM bersubsidi, elpiji, dan semen akan berdampak positif bagi penurunan laju inflasi. Namun kebijakan subsidi tetap yang tergantung perkembangan global juga menyisakan risiko tersendiri. Ada kemungkinan harga-harga komoditas nanti bisa berubah lagi sesuai dengan mekanisme pasar. Hari ini, Selasa, 20 Januari 2015, rupiah akan berada di kisaran 12.550-12.672 per dolar AS. "Dengan kecenderungan melanjutkan pelemahan," kata Reny.

M. AZHAR

Berita Terpopuler
Cara Menlu Retno Tangkis Kemarahan Belanda-Brasil
Gadis Indo Jelita Si Pemulung Sampah
Dua Indikasi Presiden Jokowi Dipengaruhi Megawati

Berita terkait

Kepala Perwakilan BI Solo Sebut Kendala-kendala yang Masih Dihadapi UMKM

21 jam lalu

Kepala Perwakilan BI Solo Sebut Kendala-kendala yang Masih Dihadapi UMKM

Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) harus konsisten menerapkan kualitas hasil produksi jika ingin bisa bertahan di tengah dinamika ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

1 hari lalu

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyatakan pihaknya terus memperkuat sinergi dan mendukung upaya pengendalian inflasi daerah.

Baca Selengkapnya

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

2 hari lalu

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

Survei BI mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer triwulan I 2024 tetap naik, tecermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial triwulan I 2024 sebesar 1,89 persen

Baca Selengkapnya

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

2 hari lalu

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

Rupiah melemah dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, apa saja?

Baca Selengkapnya

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

5 hari lalu

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

Survei Konsumen Bank Indonesia atau BI pada April 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat.

Baca Selengkapnya

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

6 hari lalu

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

Gubernur BI dan Gubernur Bank Sentral UEA menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal untuk transaksi bilateral.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

9 hari lalu

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.

Baca Selengkapnya

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

9 hari lalu

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai

Baca Selengkapnya

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

10 hari lalu

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

10 hari lalu

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen

Baca Selengkapnya