Pelemahan Rupiah Lebih Parah dari 2008  

Reporter

Selasa, 16 Desember 2014 06:36 WIB

Seorang karyawan money changer menghitung uang kertas Rupiah, di Jakarta, 15 Desember 2014. Adek Berry/AFP/Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta: Penguatan dolar dan meningkatnya permintaan dolar di pasar domestik membuat rupiah terkoreksi tajam. Di transaksi pasar uang kemarin, rupiah ditutup melemah 247 poin (1,98 persen) ke level 12.714 per dolar AS.

Ekonom dari PT Bank International Indonesia Tbk, Juniman, menjelaskan pelemahan rupiah saat ini lebih parah dibanding tahun 2008 lalu. Saat itu, struktur perekonomian masih bagus dan ekonomi tumbuh di atas 6 persen. Sementara saat ini ekonomi melambat dan neraca perdagangan mengalami defisit. (Baca: Sebab Rupiah Jadi Mata Uang 'Sampah')

Selain itu, dolar menguat tajam setelah berakhirnya stimulus bank sentral Amerika (The Fed) dan adanya rencana pengetatan moneter lebih lanjut. "Tahun ini juga terjadi kemerosotan harga minyak hingga ke US$ 57 per barel." (Baca: Rupiah Masuk Lima Besar Mata Uang Tak Dihargai)

Dari sisi permintaan, pekan ini merupakan puncak kebutuhan dolar dalam negeri untuk pembayaran utang korporasi, negara, dan libur panjang. "Ketika kebutuhan sedang tinggi tetapi suplainya terbatas, maka rupiah bergerak semakin liar," lanjut Juniman.

Menurut Juniman, pelemahan rupiah akan terus terjadi kecuali ada pernyataan pemerintah atau otoritas moneter yang bisa menenangkan pasar. Hal ini penting karena setelah level psikologis 12.500 ditembus, terjadi panic buying dolar. Mereka ketakutan aset-aset rupiahnya akan semakin terdepresiasi.

"Bank sentral seharusnya mulai ke pasar karena alasan rupiah melemah seiring dengan pelemahan mata uang Asia lainnya sudah tidak relevan," kata Juniman.

Chief Economist PT Bank Mandiri Tbk, Reny Eka Putri, memperkirakan bank sentral akan mulai melakukan intervensi ketika rupiah sudah melemah ke level 12.700-12.800 per dolar. "Situasi pelemahan rupiah yang sekarang sudah di luar ekspektasi semua pihak."

Melihat gejolak pasar yang begitu besar, Reny menduga tahun ini BI akan melakukan window dressing pada rupiah. Hal ini sudah pernah dilakukan bank sentral pada tahun 2008, di mana saat itu juga rupiah melemah tajam terhadap dolar.

Meski demikian, Reny mengingatkan bawah intervensi BI hanya dilakukan sesuai dengan porsinya untuk menjaga kestabilan nilai tukar. BI tidak akan mengantarkan rupiah ke level yang tidak sesuai dengan fundamental ekonomi nasional. "Rupiah maksimal hanya bisa diangkat ke level 12.500 pada tutup tahun," katanya.

PDAT | M. AZHAR

Baca juga:
Jelang Perayaan Natal, Cemara Hias Laris Manis
Kolam Raksasa Pada Sumber Longsor Banjarnegara
Alasan Gede Pasek Tantang SBY di Kongres Demokrat
Cleanaction Ajak Warga Bandung Pilah Sampah

Berita terkait

95 Persen Pakai Bahan Baku Lokal, Unilever Tak Terdampak Pelemahan Rupiah

3 hari lalu

95 Persen Pakai Bahan Baku Lokal, Unilever Tak Terdampak Pelemahan Rupiah

Unilever Indonesia mengaku tak terlalu terdampak dengan pelemahan rupiah karena mayoritas bahan baku mereka berasal dari dalam negeri.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

3 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

4 hari lalu

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

Yusuf Wibisono menilai bukan putusan MK yang memberi pengaruh terhadap nilai tukar rupiah, melainkan konflik geopolitik dan kebijakan The Fed.

Baca Selengkapnya

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

4 hari lalu

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

Kendati terjadi pelemahan rupiah, Airlangga mengklaim rupiah masih lebih baik dibanding mata uang lain. IHSG juga diklaim lebih baik dari negara lain.

Baca Selengkapnya

Bos BCA Ungkap Penyebab Pelemahan Rupiah, Mulai dari Dividen hingga Impor Bahan Baku

4 hari lalu

Bos BCA Ungkap Penyebab Pelemahan Rupiah, Mulai dari Dividen hingga Impor Bahan Baku

Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja menilai pelemahan rupiah bukan hanya karena konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

5 hari lalu

Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

Konflik Timur Tengah ini dikhawatirkan akan bereskalasi menjadi perang yang lebih besar. Nilai tukar rupiah semakin melemah.

Baca Selengkapnya

Istana Tegaskan Presiden Jokowi Terus Dorong Penguatan KPK

1 Desember 2023

Istana Tegaskan Presiden Jokowi Terus Dorong Penguatan KPK

Ari Dwipayana menyebut semua pihak termasuk Presiden Jokowi berharap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjalankan fungsinya dengan baik.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Sebut Pelemahan Rupiah Bisa Untungkan Eksportir

27 Oktober 2023

Wamenkeu Sebut Pelemahan Rupiah Bisa Untungkan Eksportir

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika bisa menguntungkan para eksportir.

Baca Selengkapnya

Agenda Jokowi Reshuffle Gelombang Kedua

26 Oktober 2023

Agenda Jokowi Reshuffle Gelombang Kedua

Presiden Jokowi dikabarkan kembali akan reshuffle kabinet pada pekan depan. Siapa saja yang bakal diganti?

Baca Selengkapnya

Ditutup Melemah, Rupiah di Level Rp 15.519 Per Dolar AS karena Sentimen Inflasi AS

14 November 2022

Ditutup Melemah, Rupiah di Level Rp 15.519 Per Dolar AS karena Sentimen Inflasi AS

Rupiah ditutup melemah 24 poin ke level Rp 15.519

Baca Selengkapnya