Rupiah Anjlok, BI: Mata Uang Lain Lebih Parah  

Rabu, 10 Desember 2014 14:22 WIB

Gubernur BI Agus DW Martowardojo, resmikan penerbitan uang NKRI pecahan seratus ribu rupiah di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, 18 Agustus 2014. TEMPO/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan situasi keuangan negara tidak tergoncang meskipun nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sedang terpuruk. Ia menilai angka penurunan nilai tukar rupiah tidak memberikan pengaruh besar.

“Seluruh dunia mengalami situasi ini (pelemahan nilai mata uang),” ujar Agus di kantornya, Rabu, 10 Desember 2014. Agus mengklaim depresiasi rupiah hingga Desember ini masih tergolong lebih rendah ketimbang negara-negara lain yang notabene lebih maju. (Baca: Menkeu Sebut Dua Sebab Rupiah Melemah)

Pernyataan tersebut merespons anjloknya kurs rupiah beberapa waktu belakangan. Pada Senin lalu, kurs rupiah mencapai Rp 12.352 per dolar AS atau melonjak dibanding awal tahun 2014 pada kisaran Rp 12.000 per dolar AS. Hari ini, nilai tukar rupiah sedikit menguat pada Rp 12.336 per dolar AS.

Namun, bila dibandingkan dengan asumsi kurs rupiah sebesar Rp 11.600 per dolar AS pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2014, kurs rupiah saat ini sangat jeblok. (Baca: Rupiah Anjlok, Intervensi BI Belum Terlihat)

Menurut Agus, depresiasi rupiah tahun ini hanya mencapai 1,5 persen atau lebih rendah dibanding pelemahan yen Jepang yang diperkirakan bisa terdepresiasi hingga 15 persen. Won Korea dan ringgit Malaysia pun mengalami penurunan daya tukar hingga 6 persen.

Pulihnya perekonomian AS dan dibuktikan dengan penguatan nilai tukar mata uang negara tersebut pula, tutur Agus, yang turut memicu instabilitas perekonomian. Hal itu dapat terlihat dari pelemahan kurs regional. Rupiah pun tak bisa mengelak dari imbas negatif tersebut. (Baca: Awal Pekan, Rupiah Merosot Lagi)

Untuk menghadapi tren penguatan dolar AS, Agus menyatakan bank sentral sudah mempersiapkan diri atas kondisi ini dengan beberapa langkah antisipatif. Langkah tersebut antara lain berupaya menjaga stabilitas inflasi dan defisit transaksi berjalan.

ANDI RUSLI

Berita terpopuler:
Amerika Dukung Menteri Susi Tenggelamkan Kapal
Terungkap, Rencana Transaksi Petral dan Sonangol
ITB dan LEN Rancang Pemancar Jaringan 4G

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

2 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

2 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

2 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

5 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

5 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

6 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

6 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

6 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

7 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

7 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya