Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, sebelum mengikuti rapat dengar pendapat umum dengan Komite II DPD, di Komplek Parlemen, Jakarta, Rabu, 5 November 2014. TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO,Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti ingat betul peristiwa tsunami Aceh tahun 2004, yang telah mengubah hidupnya. Bencana sepuluh tahun silam itu tak hanya membantunya menghadapi tsunami di Pangandaran, tapi juga mengubah perjalanan hidupnya. (Baca: Hikmahanto: Usir Nelayan Asing Pencuri Ikan di Indonesia)
"Saya pikir tanpa tsunami saya tidak akan ada di sini sebagai menteri. Susi Air tak akan terbang 200 penerbangan per hari saat ini tanpa tsunami Aceh," kata Susi saat membuka Seminar Internasional Mengenang 10 Tahun Tsunami Samudera Hindia di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin, 24 November 2014. (Baca : Daftar Gebrakan Susi Sebulan Jadi Menteri)
Susi mengatakan, pada 2004, dia datang ke Aceh dengan membawa dua pesawatnya untuk menyalurkan bantuan bagi para korban tsunami. Adapun saat ini Susi Air mengoperasikan 50 pesawat yang melayani penerbangan dari Sabang sampai Merauke. (Baca : Takut Menteri Susi,Thailand Hati-hati Tangkap Ikan)
Berdasarkan pengalamannya dalam dua tsunami, di Aceh dan Pangandaran, kata Susi, masyarakat Indonesia belum siap menghadapi dan mengatasi bencana. "Meskipun skala tsunami 2004 adalah salah satu faktor utama yang mempengaruhi kerusakan dan kematian, mitigasi bencana, kurangnya kesadaran, kurangnya infrastruktur pencegahan tsunami, dan kawasan pesisir yang rusak," kata Susi. (Baca : Menteri Susi Janji Tambah Gaji PNS Kelautan)
Susi berharap seminar internasional memperingati tsunami Aceh ini dapat memberikan masukan untuk memperbaiki kesiapan mitigasi dan menghadapi bencana. Mitigasi itu, antara lain, teknologi pencegahan dan penanganan korban bencana.