Suasana gedung bertingkat di kawasan Thamrin, Jakarta, Sabtu (25/8). TEMPO/Aditia Noviansyah
TEMPO.CO , Jakarta:Pengamat properti dari Indonesian Property Watch, Ali Tranghada mengatakan arah perkembangan pasar properti akan terkonsentrasi di sekitar pusat pertumbuhan. Di antaranya adalah Cikarang, Karawang, Malang, Surabaya, Makasar dan Balikpapan. (Baca : Ini Syarat Menpera Versi Pengusaha Properti)
Dia mencontohkan harga tanah di Cikarang naik secara signifikan karena pertambahan tenaga kerja ekspatriat di wilayah tersebut. Kenaikan harga juga dikerenakan oleh isu pembangunan Pelabuhan Cilamaya serta Bandara Kertajati. (Baca : Penjualan Rumah di Bekasi Paling Jeblok)
Cikarang, kata Ali, memiliki basis ekonomi yang kuat karena banyak industri berkembang di daerah itu. "Harga tanah naik sejak isu bandara," katanya saat mengisi acara Media Briefing bisnis properti di Hotel Aryaduta Semanggi, Jakarta, Kamis 6 November 2014.
(IPW) mencatat kenaikan harga tertinggi tanah di Cikarang pada tahun 2009 berada pada dikisaran Rp500 ribu per meter persegi. Di tahun 2013 harga tanah naik hingga Rp3 juta per meter persegi. Menurut Ali, kenaikan harga tanah disebabkan pula oleh naiknya permintaan untuk hunian dan bisnis. "Pertumbuhan harga tanah di wilayah lain, seperti di Jakarta relatif sudah jenuh. Hal ini membuat para investor lari ke Cikarang," kata Ali.
Di samping itu, wilayah Cikarang telah tumbuh sebagai industri dengan skala global. Menurut Ali, sebanyak 3.400 ekspatriat tinggal di Cikarang sehingga menyebabkan permintaan hunian melejit.
IPW juga menyebutkan faktor lain yang mendorong kenaikan harga tanah adalah rencana pembangunan Cikarang Dry Port seluas 200 hektar di Jababeka yang merupakan perluasan dari Pelabuhan Tanjung Priok. Kenaikan tanah disulut pula oleh rencana pabrik otomotif Toyota Thailand yang diperkirakan mulai beroperasi pada tahun depan.
Ali memperkirakan dalam lima tahun mendatang Cikarang mampu menjadi wilayah dengan nilai jual tanah cemerlang dan menjadi incaran investor. Wilayah Cikarang, bagi investor properti akan mengalahkan pertumbuhan wilayah Barat Jakarta, seperti Serpong di Tangerang.
