Pengamat Pesimis Asumsi APBNP Terpenuhi

Reporter

Editor

Jumat, 27 Mei 2005 10:45 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Analis pasar uang dari Currency Management Group Farial Anwar menyatakan pesimis akan terpenuhinya asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanaja Negara Perubahan (APBNP) yang diajukan pemerintah. Sebab, dia menilai asumsi dengan realisasi APBN seringkali tidak akurat.Jika dilihat dari dua atau tiga tahun lalu, selalu ada revisi (APBN). Jika memaksa penggunaan asumsi, maka pemerintah terlihat tidak belajar dari pengalaman, ujar Farial pada Tempo, Jumat (27/5). Seperti diberitakan, Bank Indonesia (BI) kemarin menyampaikan asumsi baru nilai tukar rupiah kepada DPR sebesar Rp 9.000-9.300 per dolar AS pada tahun 2005. Pasalnya, BI memprediksi nilai tukar dalam APBNP tahun 2005 sebesar Rp 8.900 per dolar AS tidak mungkin dicapai jika melihat tren rupiah melemah selama 3 bulan terakhir. BI juga memprediksi tingkat inflasi selama tahun 2005 berada di kisaran 7-8 persen, yang naik dari target pemerintah sebelumnya yakni antara 5-7 persen. Tingginya tingkat inflasi, menurut BI, disebabkan oleh dampak kenaikan BBM tahap kedua yang sudah merata, maraknya kegiatan ekonomi akibat investasi asing, dan momentum pemulihan ekonomi yang berindikasi pada tingginya inflasi. Lebih jauh Farial mengungkapkan, nilai tukar rupiah saat ini sangat sulit diprediksi. Hal ini sangat tergantung pada skenario yang dijalankan pemerintah, apakah positif atau negatif.Skenario positif, menurut dia, ditandai dengan sikap pemerintah yang memberi rasa optimis bagi masyarakat dan dunia usaha melalui penegakan hukum. Selain itu, pemerintah yang menciptakan iklim kondusif bagi masuknya investasi dan tumbuhnya proyek infrastruktur secara tidak langsung menambah capital inflow. Dengan skenario ini, rupiah dapat diprediksi menguat hingga Rp 8.500-9.000 per dolar AS.Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Iman Sugema menanggapi positif akan asumsi baru APBNP yang diajukan BI. Pematokan kurs rupiah maksimal di Rp 9.300, ia menilai, hal itu sangat layak. Itu (Rp 9.300 per dolar AS) masih bisa dikejar, tuturnya.Tapi, kata dia, BI jangan sampai lengah dalam mengawasi pasar. Jangan sampai telat menaikkan suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia), padahal sudah waktunya, ucapnya.Tentang target inflasi 7-8 persen, menurut Iman, akan sulit dicapai. Pasalnya, hingga kini inflasi year on year masih berada di 8,18 persen, dan akan terus naik akibat adanya banyaknya kebutuhan di hari-hari raya mendatang. INDEF memprediksi inflasi yang terjadi hingga akhir tahun 2005 akan mencapai 8,5-9 persen. R.R. Ariyani

Berita terkait

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

23 jam lalu

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

Survei Konsumen Bank Indonesia atau BI pada April 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat.

Baca Selengkapnya

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

2 hari lalu

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

Gubernur BI dan Gubernur Bank Sentral UEA menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal untuk transaksi bilateral.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

4 hari lalu

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.

Baca Selengkapnya

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

5 hari lalu

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai

Baca Selengkapnya

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

5 hari lalu

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

5 hari lalu

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen

Baca Selengkapnya

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

6 hari lalu

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

10 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

11 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

11 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya