Karyawan sedang mengepak sigaret kretek mesin (SKM) dan sigaret putih mesin di pabrik Grup Bentoel di Desa Karanglo, Singosari, Malang, Jawa Timur, 5 Agustus 2008. TEMPO/Abdi Purmono
TEMPO.CO , Malang:Grup Bentoel sedang menuntaskan proses pengkajian ulang dan konsolidasi semua anak perusahaannya termasuk pengurangan jumlah buruh. Konsolidasi ditujukan yang mengefisienkan kinerja perusahaan.
“Konsolidasi dilakukan dengan cara menawarkan program pengunduran diri sukarela (voluntary resignation programme/VRP) kepada 1.000 karyawan sigaret kretek tangan (SKT),” kata Head of Corporate and Regulatory Affairs PT Bentoel Internasional Investama Shaiful Bahari Mahpar, Kamis, 11 September 2014. (Baca juga: Bentoel Pangkas Hampir 1.000 Buruh)
Saat ini Grup Bentoel memperkerjakan lebih dari 8 ribu orang yang tersebar di bagian produksi, pemasaran, dan distribusi 11 anak perusahaan. Dari 11 anak perusahaan, sekitar 70 persen memproduksi dan memasarkan SKT. Sisanya memproduksi dan memasarkan sigaret kretek mesin (SKM) dan sigaret putih mesin (SPM) alias rokok putih.
Bentoel akan memangkas jumlah anak perusahaan menjadi tiga anak perusahaan, dengan volume produksi SKM dan SPM ditingkatkan jadi 70-80 persen.
Tawaran VRP diberikan kepada para karyawan tetap, terutama tenaga kasar, dengan masa kerja rata-rata 20 tahun. Perampingan jumlah karyawan dilakukan untuk menjamin kelangsungan bisnis perusahaan rokok yang berdiri pada 1930 itu. (Baca juga: Pangkas 1.000 Buruh, Bentoel Klaim Masih Kuat)
Menurut sumber Tempo, VRP merupakan pengurangan karyawan secara massal dan terbuka sejak Bentoel dimiliki British American Tobacco (BAT) pada 2009. Sudah banyak karyawan yang hengkang dari perusahaan yang berkantor pusat di Jalan Raya Karanglo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, itu tanpa ditawari VRP.
Dalam setahun pasca-akuisisi oleh BAT, rata-rata lima orang karyawan berhenti kerja dalam sebulan. Sang sumber berhenti bekerja dengan 12 rekannya. Semuanya karyawan dengan posisi dan jabatan yang lumayan.