Dua Tantangan Ekonomi Hadang Pemerintahan Jokowi  

Reporter

Selasa, 2 September 2014 14:29 WIB

Presiden dan Wakil Presiden terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla bersama Ketua fraksi PDI-P Puan Maharani (kanan), ketua fraksi PKB Marwan Jafar dan ketua Kepala staf Tim Transisi Jokowi-JK Rini Soemarno Soewandi (kiri), sebelum melakukan rapat tertutup, di Kantor Transisi Jokowi-JK, Jakarta, Kamis 28 Agustus 2014. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Dua tantangan ekonomi bakal segera menghadang pemerintahan presiden terpilih Joko Widodo pada 20 Oktober nanti. Satu berasal dari dalam negeri dan satunya lagi datang dari luar negeri. Menteri Keuangan Muhamad Chatib Basri mengatakan 2015 merupakan tahun yang berat. “Lebih berat dari tahun ini dan tahun lalu,” kata Chatib dalam wawancaranya dengan Tempo pekan lalu.

Hal pertama yang harus dihadapai pemerintahan Jokowi, ujar dia, adalah menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi. Kebijakan ini, mau-tidak mau, akan berdampak pada kenaikan inflasi. “Imbasnya, jumlah orang miskin akan ikut meningkat,” tuturnya.

Tantangan kedua berasal dari Amerika Serikat. Bank sentral Amerika, Federal Reserve, bakal menaikkan tingkat suku bunga hingga lebih dari 100 basis poin. Langkah The Fed ini akan berdampak pada negara-negara berkembang (emerging market), tidak terkecuali Indonesia. “Ada pembalikan arus modal,” kata Chatib. (Baca: Chatib: Harga BBM Naik, Solusi Buat Pemerintah Baru)

Aliran modal keluar ini akan memicu tekanan dalam pasar mata uang dan pengetatan likuiditas. Kebijakan The Fed ini mendorong negara-negara emerging market untuk melakukan penyesuaian kebijakan moneter. “Dengan imbal hasil yang lebih baik di Amerika, membuat uangnya akan kembali, akan pindah ke Amerika,” ujarnya.

Dengan kondisi perekonomian global yang seperi itu ditambah keperluan untuk segera menaikkan harga BBM bersubsidi, pengelolaan ekonomi nasional menjadi tidak mudah. “Ini tidak bisa dihindari, kecuali bisa membujuk Janet Yellen (Gubernur The Federal Reserve) supaya tidak menaikkan suku bunga,” tuturnya.

Kondisi ini membuat imbal hasil obligasi Amerika menaik. Akibatnya, apabila Indonesia butuh pembiayaan, akan jadi lebih mahal, karena bunganya menjadi lebih mahal. Karena itu, dari sekarang, kata Chatib, harus disiapkan sumber pembiayaan yang berasal dari dalam negeri. (Baca: Bank Dunia Pangkas Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI)

Sumber pembiayaan yang bisa diharapkan adalah dana Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, dana Haji, dan dana pensiun. “Uangnya bisa dibelikan surat utang negara,” katanya. Ketimbang dana-dana tersebut ditaruh di pasar modal yang tidak mendapat jaminan, lebih baik dibelikan obligasi pemeritah. “Tidak mungkin default (gagal bayar). Pasti dibayar," ujarnya.

Di samping mengandalkan sumber pembiayaan dalam negeri, pemerintah juga mulai mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS. “Kami juga mulai menggarap euro dan sukuk. Makanya, saya kemarin ke Jedah dan Dubai,” tuturnya.

IQBAL MUHTAROM


Terpopuler
3 Skandal Asusila Gubernur Riau yang Bikin Heboh
Isi Pertemuan Jokowi dengan Hatta Rajasa
Mengapa SBY Mustahil Jadi Sekjen PBB
Apa Tanggapan Sultan Yogya Soal Florence?
Akhirnya, Florence 'Ratu SPBU' Bebas dari Tahanan

Berita terkait

Penjelasan Istri Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta soal Pinjaman Rp 7 Miliar yang jadi Polemik

1 hari lalu

Penjelasan Istri Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta soal Pinjaman Rp 7 Miliar yang jadi Polemik

Margaret Christina Yudhi Handayani Rampalodji, istri bekas Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Hutahaean menjelaskan asal-usul Rp 7 miliar.

Baca Selengkapnya

Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Diseret Urusan PT Cipta Mitra Agro, Pengacara: Itu Bisnis Istrinya

1 hari lalu

Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Diseret Urusan PT Cipta Mitra Agro, Pengacara: Itu Bisnis Istrinya

Pengacara eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy merasa heran kliennya diseret dalam kasus yang melibatkan perusahaan sang istri.

Baca Selengkapnya

Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Akan Hadiri Panggilan KPK soal Klarifikasi LHKPN Rp 7 Miliar

2 hari lalu

Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Akan Hadiri Panggilan KPK soal Klarifikasi LHKPN Rp 7 Miliar

Kuasa hukum eks Kepala Bea Cukai Purwakarta, Luhut Simanjuntak, mengatakan kliennya akan memenuhi panggilan dari KPK itu untuk klarifikasi LHKPN.

Baca Selengkapnya

Alasan Bea Cukai Tahan 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Kenneth Koh

2 hari lalu

Alasan Bea Cukai Tahan 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Kenneth Koh

Alasan Bea Cukai menahan 9 supercar milik pengusaha Malaysia, Kenneth Koh

Baca Selengkapnya

LHKPN Janggal Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta, KPK: Harta Rp 6 Miliar Tapi Bisa Beri Pinjaman Rp 7 Miliar?

3 hari lalu

LHKPN Janggal Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta, KPK: Harta Rp 6 Miliar Tapi Bisa Beri Pinjaman Rp 7 Miliar?

KPK telah menjadwalkan pemanggilan eks Kepala Bea Cukai Purwakarta pekan depan untuk mengklarifikasi kejanggalan LHKPN.

Baca Selengkapnya

Grab Indonesia Sebut Ekonomi Nasional Beri Harapan bagi Pelaku Industri

3 hari lalu

Grab Indonesia Sebut Ekonomi Nasional Beri Harapan bagi Pelaku Industri

Grab Indonesia sebut ekonomi nasional memberi harapan bagi para pelaku usaha untuk bisa terus menjaga daya saing produk atau layanan

Baca Selengkapnya

TImbulkan Opini Negatif Masyarakat, Pakar Nilai Informasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai ke Publik Tak Rinci

3 hari lalu

TImbulkan Opini Negatif Masyarakat, Pakar Nilai Informasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai ke Publik Tak Rinci

Pakar menilai komunikasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai kepada publik belum optimal, kerap memicu opini negatif masyarakat

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Bocorkan Kandidat Menteri Keuangan Kabinet Prabowo-Gibran, Siapa Paling Kuat?

3 hari lalu

Faisal Basri Bocorkan Kandidat Menteri Keuangan Kabinet Prabowo-Gibran, Siapa Paling Kuat?

Sejumlah nama besar masuk dalam bursa calon menteri keuangan untuk kabinet Prabowo-Gibran. Dua sosok dinilai cukup kuat

Baca Selengkapnya

KPK Panggil Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Pekan Depan

3 hari lalu

KPK Panggil Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Pekan Depan

Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta, Rahmady Effendy, akan menjalani klarifikasi soal LHKPN-nya di KPK pekan depan.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Bea Cukai Soal 9 Mobil Mewah Kenneth Koh Disegel, Tidak Direekspor

3 hari lalu

Penjelasan Bea Cukai Soal 9 Mobil Mewah Kenneth Koh Disegel, Tidak Direekspor

Sampai Mei 2024, importir 9 mobil mewah itu belum melunasi dendanya, yang telah mencapai Rp11,8 miliar.

Baca Selengkapnya