Risiko Meningkat, Indeks Saham di Posisi Rawan
Editor
Fery Firmansyah
Rabu, 6 Agustus 2014 06:29 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Rilis data ekonomi yang di bawah ekspektasi membuat pelaku pasar cenderung melepas saham. (Baca: Penguatan IHSG Rentan Berbalik Arah).
Indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia pada perdagangan Selasa, 5 Agustus 2014, ditutup melemah 10,15 poin (0,20 persen) ke level 5.109,08. Saham yang ditransaksikan sebanyak 5,6 miliar lembar senilai Rp 5,7 triliun. (Baca: Data Cina Mengecewakan, Bursa Asia Terkoreksi)
Analis dari First Asia Capital, Ivan Kurniawan, mengatakan risiko keuangan di pasar saham sedang meningkat. Krisis keuangan Portugal, Argentina, ancaman deflasi Eropa, serta masalah geopolitik di Gaza dan Ukraina merupakan kekhawatiran investor global. “Karena itu, pasar cenderung memilih untuk mencari aman ketimbang menambah kepemilikan aset.”
Bursa Asia mengalami koreksi setelah rilis survei indeks PMI nonmanufaktur Cina pada Juli turun ke level 50 dibanding bulan sebelumnya di level 53,1 atau berada pada rekor terendah sejak 2005. Hal ini mengindikasikan pertumbuhan sektor jasa Cina sedang melambat.
Dari dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua tumbuh 5,12 persen dibanding kuartal yang sama tahun lalu. Angka itu di bawah ekspektasi analis yang menargetkan ekonomi tumbuh 5,3 persen pada kuartal kedua. “Selain itu, data defisit neraca perdagangan pada Juni yang mencapai US$ 300 juta masih terasa di pasar,” ujar Ivan. (Baca juga: Dolar Melemah, Rupiah Pimpin Penguatan Regional)
Secara jangka pendek, indeks sedang berada dalam fase konsolidasi, sehingga pergerakannya relatif terbatas dan arahnya amat bergantung pada data-data ekonomi dan berita-berita dari regional. Meski demikian, pihak asing, yang terus mencatat net buy dan membawa optimisme pasar saham Indonesia, masih menarik untuk melakukan investasi jangka panjang.
Pada hari ini, Rabu, 6 Agustus 2014, IHSG diperkirakan bergerak pada kisaran 5.050-5.180. Perlu perhatian lebih terhadap saham-saham yang terimbas sentimen positif dari penguatan rupiah, misalnya di sektor perbankan, konstruksi, dan properti. “Bank Mandiri, Adhi Karya, dan Ciputra Development layak dikoleksi,” tutur Ivan.
M. AZHAR
Berita Terpopuler
Migrasi Golkar Tinggalkan Ical Tunggu Putusan MK
Foto dengan Bendera ISIS, Baasyir Akan Dihukum
Polisi Tolak Laporan Fadli Zon Soal Ketua KPU