TEMPO.CO, Jakarta - Analis keuangan dari PT Bank Mandiri, Reny Eka Putri, mengatakan fluktuasi nilai tukar rupiah saat ini tidak bisa menjadi satu-satunya pertimbangan Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga acuan (BI Rate). (Baca juga: BI: Bunga Deposito dan Kredit Terus Naik)
Menurut Reny, tren kenaikan harga atau inflasi yang relatif rendah seharusnya lebih dicermati untuk menyesuaikan BI rate. Pada Kamis, 12 Juni 2014, Dewan Gubernur Bank Indonesia akan menggelar rapat, salah satunya untuk memutuskan BI Rate. (Baca: BIRate Kemungkinan Bertahan)
Pandangan tersebut diungkapkan Reny untuk menjawab desakan sebagian pihak yang menuntut kenaikan BI rate. Pelemahan nilai tukar rupiah hingga menembus level Rp 11.800 per dolar, oleh sebagian kalangan menjadi alasan tepat bank sentral untuk mengubah BI Rate.
Sebagaimana diketahui, laporan Badan Pusat Statistik menyebutkan tingkat inflasi pada Mei 2014 masih relatif rendah, yakni di level 0,16 persen atau 7,32 persen secara tahunan. Menurut Reny, hal ini menjadi alasan yang cukup bagi BI untuk tetap mempertahankan level BI Rate pada level 7,5 persen seperti sekarang. “Karena inflasi Mei rendah, BI Rate tampaknya belum perlu dinaikkan,” ujarnya kepada Tempo.
Namun Reny mengingatkan BI untuk memperhatikan tren kenaikan inflasi selama Ramadan dan menjelang tahun ajaran baru dimulai. Bila, lonjakan inflasi nanti begitu tinggi, maka BI tak perlu ragu untuk menyesuaikan angka BI Rate. (Baca juga: Bank Indonesia: Melemahnya Rupiah Tidak Buruk)
BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen
2 hari lalu
BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen
Survei BI mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer triwulan I 2024 tetap naik, tecermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial triwulan I 2024 sebesar 1,89 persen