Gara-gara BI Rate, Kredit Macet Berisiko Melambung  

Reporter

Jumat, 30 Mei 2014 06:15 WIB

Sigit Pramono. TEMPO/Arnold Simanjuntak

TEMPO.CO , Jakarta- Gara-gara Bank Indonesia menetapkan suku bunga acuan (BI Rate) tinggi yakni sebesar 7,5 persen selama enam bulan terakhir, kredit macet (non-performing loan/NPL) di sektor konsumsi berpotensi meningkat. Ketua Umum Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono mengatakan sektor konsumsi seperti properti, mobil, dan motor paling rentan terhadap kredit macet.

"Pengguna kredit ini mayoritas berpendapatan rendah, sehingga jika bank menaikkan suku bunganya, nasabah tersebut akan kesulitan membayar," ujarnya saat dihubungi Tempo, Kamis 29 Mei 2014. NPL untuk sektor konsumsi sendiri, menurut Sigit, di bawah 5 persen. Namun, secara keseluruhan, persentase NPL bank masih berada di titik aman, yaitu di bawah 2 persen.

Perbanas masih mencermati potensi kenaikan kredit macet yang disebabkan oleh masih tingginya BI Rate. "Kondisi ini sebenarnya serbasalah," kata Raden Pardede, Ketua Pelaksana Perbanas. Ia mengatakan tingginya BI Rate bisa menekan pertumbuhan kredit agar tidak terlampau tinggi di tengah penurunan current account deficit (defisit neraca berjalan). (Baca juga: BI Rate Berpeluang Turun 6-6,5 Basis Point)

Sigit menimpali, kredit macet tidak semata-mata bersumber dari tingginya BI Rate. Sebab, kata dia, jika bank tidak merespons posisi BI Rate dengan menaikkan suku bunga, kredit macet tidak akan pernah terjadi. "Potensi kredit macet seharusnya bisa menjadi warning dari Bank Indonesia kepada bank lainnya untuk berhati-hati memberikan kredit," tuturnya. (Baca pula: BI Rate Tak Turun, Kredit Macet Bisa Meningkat)

AYU WANDARI

Terpopuler:
Pembangunan Smelter Freeport Dimulai di Kuartal II
Cadbury Berbabi, Muslim Indonesia Diminta Waspada
Apple Buka Kantor, Layanan Bakal Makin Baik







Berita terkait

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

16 jam lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

1 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

2 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

2 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

2 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

2 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

2 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

2 hari lalu

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

2 hari lalu

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

Rupiah bergerak stabil seiring pasar respons positif kenaikan BI Rate.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

3 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya