TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat kebijakan ekonomi dari Perkumpulan Prakarsa, Wiko Saputra, memprediksi inflasi tahun ini akan di bawah posisi inflasi tahun 2013. "Sehingga ada peluang BI Rate bisa diturunkan," ujarnya kepada Tempo, Rabu, 28 Mei 2014. (Baca: Deflasi April Tak Akan Ubah BI Rate)
Ia memperkirakan Bank Indonesia sedang melihat momentum untuk menurunkan BI Rate dengan mencermati tren perkembangan inflasi selama dua bulan terakhir. Wiko menerangkan, ada momentum libur sekolah, bulan puasa, Idul Fitri, dan pemilihan presiden yang masih menimbulkan risiko tingginya inflasi.
"Ditambah juga musim kering atau El Nino tahun ini, yang dapat menimbulkan kenaikan harga pangan," kata Wiko. Ia mengungkapkan, ketika kondisi memungkinkan dari segi inflasi, Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate.
Wiko menjelaskan, saat BI Rate bisa turun hingga 6-6,5 basis point, maka risiko kredit di perbankan pun akan turun, sehingga sektor perbankan kembali bergairah. (Baca: BI Rate Naik Jadi 7,5 Persen)
Sebelumnya, Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah menyebut prospek perbankan Indonesia tahun ini masih cukup baik. "Namun perlu diwaspadai potensi peningkatan risiko likuiditas dan risiko kredit," katanya. Ia mengungkapkan risiko dan ketahanan perbankan masih terjaga.
Ia menuturkan risiko likuiditas sempat meningkat, antara lain disebabkan oleh pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibanding laju kenaikan dana pihak ketiga (DPK). Selain itu, risiko pasar meningkat, terutama karena kenaikan suku bunga DPK jangka pendek serta pelemahan nilai tukar.
Halim menjelaskan, risiko kredit menunjukkan penurunan, yang tercermin dari cukup rendahnya rasio non-performing loan (NPL) gross. Ia pun mengklaim profitabilitas perbankan meningkat, dilihat dari peningkatan laba bersih. Ia juga menyebutkan ketahanan industri perbankan meningkat, dengan peningkatan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR).
MARIA YUNIAR
Berita terkait
Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN
5 jam lalu
Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ada dampak kenaikan BI Rate ke level 6,25 persen terhadap APBN, terutama penerimaan pajak.
Baca SelengkapnyaTak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah
21 jam lalu
Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.
Baca SelengkapnyaBos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya
23 jam lalu
Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.
Baca SelengkapnyaInflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya
1 hari lalu
BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.
Baca SelengkapnyaEkonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat
3 hari lalu
Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.
Baca SelengkapnyaMeski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit
4 hari lalu
PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.
Baca SelengkapnyaBRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay
4 hari lalu
Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.
Baca SelengkapnyaSuku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti
4 hari lalu
BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.
Baca SelengkapnyaCIMB Niaga Belum Naikkan Suku Bunga Usai BI Rate Naik
5 hari lalu
Bank CIMB Niaga belum berencana untuk menaikkan suku bunga, setelah BI menaikkan suku bunga acuan menjadi 6,25 persen.
Baca SelengkapnyaKenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit
5 hari lalu
Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.
Baca Selengkapnya