Pengolahan Kompos Rawa Kucing Dituding Hamburkan Anggaran

Reporter

Editor

Jumat, 18 Februari 2005 09:08 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Pengolahan kompos yang dilakukan Sub Dinas Kebersihan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Tangerang dinilai sebagai proyek kegiatan pemborosan anggaran. Pernyataan itu disampaikan Gusri Efendi, Ketua Kelompok Rimbun, perintis pengolahan kompos pertama di TPA Rawa Kucing. Karena tidak bisa mengirit biaya itulah maka Gusri mengundurkan diri sebagai pengolah kompos di TPA Rawa Kucing.Menurut Gusti, saat ini ada perbedaan mendasar antara Rimbun dan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Tangerang yakni masalah penggunaan mesin pengolah kompos. "Saya menggunakan mesin sederhana dengan biaya rendah dan hasil tinggi. "Rasanya tidak perlu menggunakan mesin canggih dengan biaya tinggi kalau hanya untuk menghancurkan sawi dan kol, cukup mesin sederhana juga bisa," kata Gusri Kamis(17/2) kepada wartawan di Tangerang.Gusti mencoba membandingkan dengan mesin milik Dinas PU yang harganya milyaran rupiah. Tetapi hasilnya tidak maksimal. Gusri sendiri mengaku selama mengolah kompos dengan pola sederhana bahkan pernah mendapatkan penghargaan dari Dubai dan pola itu sudah diadopsi banyak daerah.Pengolahan sampah dengan sistem seperti yang dipergunakan Rimbun, kata Gusri, hanya menghabiskan biaya Rp 500 per kilogram sedangkan untuk sistem canggih menelan biaya Rp 5 ribu per kilogramnya.Setelah diperhitungkan kedua sistem pengolahan itu akan menghasilkan kapasitas olah sampah organik dengan sistem Rimbun sebanyak 3.312 kilogram. Sedangkan Dinas PU sebanyak 3.630, dengan jumlah produksi pupuk organik dari Rimbun sebanyak 198.720 kilogram, pupuk coco fibert 15 ribu kg, pupuk coco pit 15 ribu. Sementara pengolahan oleh Dinas PU hanya 38.591 kilogram, coco fibert nihil, sementara coco pit nihil."Biaya gedung yang dibangun Rimbun dengan bantuan wali kota Rp 130 juta sedangkan DPU dananya bersumber dari APBD sebesar Rp 750 juta, bahkan kabarnya justru Rp 1 miliar," katanya.Untuk biaya operasional yang dikeluarkan Rimbun per tahunnya Rp 78,5 juta dan Dinas PU Rp 96,4 juta. Penjualan pupuk organik dari Rimbun menghasilkan Rp 69 juta, penjualan coco fibert Rp 16 juta, penjualan coco pit Rp 22 juta sedangkan dari DPU penjualan pupuk organik Rp 13 juta, coco fibert nihil dan coco pit nihil.Laba setahun yang diperoleh Rimbun Rp 22 juta sedangkan kerugian yang diderita Dinas PU Rp 964 juta. "Lebih baik, dana itu dibelikan mesin untuk menghancurkan plastik, sepatu bot untuk para pemulung dan barak atau tempat yang layak untuk beristirahat pada pemulung," kata Gusri. Sementara itu Kadis PU Engkan Lengkana Ranu mengatakan, teknologi yang diterapkan Rimbun sudah ketinggalan jaman. "Kalau mau dibilang "high cost" boleh-boleh saja, tapi yang kita pikirkan bukan hanya masalah pengolahan sampahnya, karena ada persoalan lain yaitu bagaimana agar umur TPA itu bisa panjang," kata Engkan.ayu cipta

Berita terkait

Undip dan Brin Kembangkan Pendeteksi Logam Berat dalam Limbah Industri

26 Oktober 2023

Undip dan Brin Kembangkan Pendeteksi Logam Berat dalam Limbah Industri

BRIN dan Universitas Diponegoro (Undip) menjalin kolaborasi riset untuk pengembangan metode alternatif pendeteksi logam di limbah industri.

Baca Selengkapnya

Cerita Warga Bekasi Kena Penyakit Kulit karena Air PAM, Sempat Dikira Sebab Udara Kotor

19 September 2023

Cerita Warga Bekasi Kena Penyakit Kulit karena Air PAM, Sempat Dikira Sebab Udara Kotor

Menurut pelanggan Perumda Tirta Patriot itu, banyak warga Bekasi yang juga mengalami penyakit kulit karena air PAM, selain dirinya.

Baca Selengkapnya

Kali Bekasi Tercemar Limbah Industri Hitam dan Bau, Suplai Air PAM 40 Ribu Pelanggan Sudah 3 Hari Terhenti

15 September 2023

Kali Bekasi Tercemar Limbah Industri Hitam dan Bau, Suplai Air PAM 40 Ribu Pelanggan Sudah 3 Hari Terhenti

Akibat suplai air PAM terhenti 3 hari, warga Bekasi terpaksa beli air isi ulang dan tidak mandi untuk menghemat air.

Baca Selengkapnya

Sederet Pernyataan Jubir Anies soal Tembok Tinggi yang Batasi PIK 2 dan Perkampungan

13 Agustus 2023

Sederet Pernyataan Jubir Anies soal Tembok Tinggi yang Batasi PIK 2 dan Perkampungan

Jubir Anies minta Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk ikut campur tangan mencari solusi terbaik soal tembok tinggi yang batasi PIK 2 dan perkampungan

Baca Selengkapnya

Kali Bekasi Tercemar Limbah Industri, Suplai Air PAM Warga Terganggu

11 Agustus 2023

Kali Bekasi Tercemar Limbah Industri, Suplai Air PAM Warga Terganggu

Perumda Tirta Patriot mengambil air Sungai Kalimalang sebagai penetral untuk dicampur dengan air baku Kali Bekasi.

Baca Selengkapnya

Pemkab Tangerang Daftarkan 50 Ribu Pegawai Non ASN dan Pekerja Rentan Jadi Peserta BPJS Ketenagakerjaan

23 Desember 2022

Pemkab Tangerang Daftarkan 50 Ribu Pegawai Non ASN dan Pekerja Rentan Jadi Peserta BPJS Ketenagakerjaan

Perlindungan tersebut juga akan bertambah pada tahun depan dan direncanakan hingga 75 ribu pegawai Non ASN dan pekerja rentan.

Baca Selengkapnya

Mengenal Limbah B3, Begini Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Limbah Elektronik dan Industri

30 November 2022

Mengenal Limbah B3, Begini Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Limbah Elektronik dan Industri

Limbah B3 dibagi menjadi limbah elektronik dan fashion. Hal ini menjadi permasalahan utama yang akan menyerang kondisi manusia dan lingkungan dalam keseharian.

Baca Selengkapnya

IMB Terus Dipersoalkan, Pemilik Padi Padi Picnic: Kenapa Tidak Bangunannya Saja Dibongkar

16 September 2022

IMB Terus Dipersoalkan, Pemilik Padi Padi Picnic: Kenapa Tidak Bangunannya Saja Dibongkar

Kemarin, puluhan orang yang mengaku dari Forum Masyarakat Tangerang Utara menggeruduk restoran Padi Padi Picnic di Pakuhaji.

Baca Selengkapnya

Ratusan Ribu Ikan Bandeng Nelayan Semarang Mati, Diduga Tercemar Limbah Industri

6 Juli 2022

Ratusan Ribu Ikan Bandeng Nelayan Semarang Mati, Diduga Tercemar Limbah Industri

Warga menduga kematian ikan bandeng di keramba tersebut akibat limbah dari Kawasan Industri Lamicitra.

Baca Selengkapnya

Grup MIND ID Uji Coba Aplikasi Pengelola Limbah Tambang

31 Maret 2022

Grup MIND ID Uji Coba Aplikasi Pengelola Limbah Tambang

Aplikasi MASTERMINE diharapkan dapat menghasilkan nilai efisiensi 10-20 persen dari total biaya pengolahan air limbah tambang.

Baca Selengkapnya